Mantan Ajudan Panglima Besar Jenderal Soedirman Jadi Korban G30S PKI, Siapakah Dia?

30 September 2022, 13:15 WIB
Korban G30S PKI, Mantan Ajudan Panglima Besar Jenderal Soedirman, Siapakah Dia? /

PORTAL MAJALENGKA - G30S PKI merupakan peristiwa berdarah, di mana para jenderal yang menjadi korbannya. 

Sama halnya seperti peristiwa kekejaman PKI di Madiun pada 1948, G30S PKI juga memasukan korbannya ke dalam sumur.

Peristiwa G30S PKI merupakan sebuah pemberontakan yang dilakukan PKI, salah satunya adalah menuntut adanya angkatan kelima.

Baca Juga: Korban G30S PKI 1965, Jenderal Pemikir dan Menguasai 3 Bahasa Asing, Siapakah Dia?

Para jenderal yang menjadi korban adalah mereka yang memiliki kontribusi besar kepada Negara, namun di sisi lain, mereka menolak adanya PKI.

Dilansir dari buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional (2015:123), salah satu jenderal yang menjadi korban G30S PKI merupakan mantan ajudan Panglima besar Jenderal Soedirman.

Ia memasuki pendidikan militer pada Koninklijke Militaire Akademie di Bandung merupakan awal mula ia berkecimpung dengan militer.

Baca Juga: Sekilas tentang TRIP di Madiun yang Anti PKI Berujung Berondongan Peluru terhadap 7 Anggotanya

Namun saat menempuh pendidikan di tempat ini, ia tidak menyelesaikannya sampai tamat karena pasukan Jepang telah datang ke Hindia Belanda pada 1942.

Saat itu ia sempat menjadi tawanan Jepang dan ditahan, namun ia berhasil melarikan diri.

Selepas melarikan diri tersebut, ia mengikuti kursus Pusat Latihan Pemuda, Keibodan (barisan pembantu polisi), Seinendan (barisan pemuda), dan Syuisyintai (barisan pelopor).

Baca Juga: Soeprapto Salah Satu Pimpinan TRIP Diberondong Peluru PKI pada 28 September 1948

Setelah ia mengikuti dan bergabung dengan latihan-latihan tersebut, lalu ia pun bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat.

Sedangkan awal Jenderal ini masuk secara resmi ke militer adalah saat revolusi Indonesia sedang berkecamuk di mana-mana.

Seperti halnya di Cilacap, ia ikut melucuti senjata Jepang dan bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto.

Saat dirinya sudah bergabung dengan TKR, ia pun sering mengikuti pertempuran, seperti pertempuran di Ambarawa melawan sekutu.

Pertempuran di Ambarawa inilah yang membawa dirinya menjadi salah satu orang kepercayaan Jenderal Soedirman.

Bahkan dalam buku yang sama dituliskan, ia menjadi salah satu ajudan Panglima Besar Jenderal Soedirman kala itu.

Selepas Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan, ia sering berpindah tugas. Pertama ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial (T&T) IV/Diponegoro di Semarang.

Dari Semarang ia kemudian ditarik ke Jakarta menjadi Staf Angkatan Darat, kemudian ke Kementerian Pertahanan.

Setelah pemberontakan PRRI/Permesta
padam, ia diangkat menjadi Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatra yang bermarkas di Medan.

Jenderal ini terbunuh di Lubang Buaya dalam usia 45 tahun dan jenazahnya kemudian dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata dengan upacara militer.

Dia adalah Letnan Jenderal Suprapto yang lahir di wilayah Purwokerto, Jawa Tengah, pada 20 Juni 1920.

Jenderal Suprapto diberikan gelar Pahlawan Revolusi dengan dasar penetapan yakni Keppres No. 111/KOTI/1965 dan ditetapkan pada 5 Oktober 1965.***

Sumber: buku Ensiklopedia Pahlawan Nasional (2015) karya Kuncoro Hadi dan Sustianingsih

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Ensiklopedia Pahlawan Nasional (2015) karya Kuncoro Hadi

Tags

Terkini

Terpopuler