Mutasi Virus Baru Berpotensi Menular Lebih Cepat dan Luas, Protokol Kesehatan Tidak Dapat Ditawar Lagi

6 Februari 2021, 15:00 WIB
Ilustrasi, Vaksin Covid-19 Moderna diklaim mampu tangkal dan cegah varian baru virus Corona /Pixabay/WiR_Pixs

PORTAL MAJALENGKA - Beberapa negara kembali melaporkan munculnya varian baru
virus Covid-19.

Setelah Inggris melaporkan adanya temuan mutasi dari virus Covid-19 pada akhir tahun lalu, disusul Afrika Selatan dan Brazil juga melaporkan temuan mutasi virus ini.

Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, dr.
Syahrizal Syarif, MPH,Ph.D, menyatakan bahwa mutasi adalah kemampuan virus untuk
bertahan hidup.

Baca Juga: Tesla Ingin Kembangkan Sistem Baterai Kapasitas Besar dengan Indonesia

Setiap virus ketika menginfeksi satu induk semang seperti sel manusia, kemudian bereplikasi dan dapat terjadi mutasi. Umumnya mutasi terjadi tidak pada bagian penting dari virus.

“Kemampuan kita untuk memeriksa terjadinya berbagai skuensial genetik dari virus yang
beredar di Indonesia masih terbatas. Kalau Inggris sudah melaporkan puluhan ribu varian ke
bank genom. Indonesia melalui Lembaga Molekuler Eijkman baru melaporkan kurang dari
150-an varian virus Covid-19,” karena pemeriksaan ini membutuhkan biaya yang mahal.
kata Syahrizal.

Syahrizal mengatakan, mutasi virus Covid-19 selama ini umumnya tidak terjadi pada bagian
yang penting, namun mutasi yg terjadi pada bagian tanduk - spike dari virus, menimbulkan
kekhawatiran- karena virus akan lebih mudah untuk masuk ke sel sasaran sehingga
penularannya akan lebih cepat dibanding dengan varian yang lama.

Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Serukan ke Militer Myanmar untuk Bebaskan Aung San Suu Kyi

Hingga hari ini WHO belum mendapat laporan bukti bahwa varian mutasi virus Covid-19 yang baru ini lebih tinggi tingkat keganasannya. Para ahli juga terus meneliti dampak varian baru ini terhadap tingkat perlindungan vaksin.

Syahrizal menegaskan bahwa tidak perlu khawatir berlebihan terhadap munculnya varian
baru yang pada dasarnya mutasi dapat terjadi di negara manapun.

Perlu didukung upaya pemerintah untuk meningkatkan kapasitas pemeriksaan sekuensial genetik terhadap virus yang beredar di dalam negeri.

Baca Juga: Melihat Lebih Dekat 'Kampung Mati' di Majalengka: Rumah-rumah Ditinggal Penghuni, Jalanan Berlumut

“Selagi situasi wabah masih fluktuatif dan pemberian vaksin masih terbatas, pencegahan 3M dan menghindari kerumunan serta upaya pemerintah dalam 3T perlu ditingkatkan. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) harus dilaksanakan lebih ketat dan lebih tegas. Seluruh acara yang berpotensi kerumunan harus dilarang, termasuk acara-acara pernikahan dan kegiatan sosial lainnya” ujar Syahrizal.

“Vaksinasi sama sekali tidak memunculkan varian virus baru, bahan2 pembuat vaksin tidak
mendorong munculnya mutase," jelas Syahrizal.

Menurut Syahrizal saat ini yang mesti dilakukan oleh pemerintah adalah menurunkan angka
kematian, menurunkan beban pelayanan dan biaya pelayanan kesehatan, yaitu dengan cara
yang tepat dalam strategi vaksinasi.

Baca Juga: Dua Rumah di Kota Serang Rusak Tertimpa Pohon Besar

Upaya mencapai herd immunity baru akan tercapai tahun 2022. Sehingga ketersediaan vaksin untuk kelompok lansia dan komorbid perlu dipercepat.

Saatnya Pemerintah untuk membuka diri dan mempertimbangkan bukti- bukti ilmiah di China, Brazil dan Turki bahwa Sinovac aman untuk kelompok Lansia.

Baca Juga: DPA Belum Disahkan, Pembangunan di Bekasi Tertunda

Jika tetap menunggu vaksin Pfizer misalnya- terjadi penundaan yg merugikan dari aspek Cost- effectiveness program.***

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler