Radikalisme Islam di Indonesia; Mencari Akar Masalahnya Pasca Orde Baru  

- 31 Desember 2020, 20:00 WIB
Dr H Masduki Duryat MPdI
Dr H Masduki Duryat MPdI /

Testimoni mantan PM Inggris Tonny Blair yang mengatakan bahwa “saya menyesal dan berdosa telah ikut sekutu untuk menyerang dan menghancurkan Irak yang pada akhirnya memunculkan gerakan radikal seperti ISIS.”

Dalam buku “Gerakan Salafi Radikal di Indonesia”, kriteria Islam radikal adalah: (1) kelompok yang mempunyai keyakinan ideologis tinggi dan fanatik yang mereka perjuangkan untuk menggantikan tatanan nilai dan sistem yang sedang berlangsung; (2) dalam kegiatannya mereka sering menggunakan aksi-aksi kekerasan, bahkan tidak menutup kemungkinan kasar terhadap kegiatan kelompok lain yang dinilai bertentangan dengan kelompok mereka, (3) secara sosio-kultural dan sosio-religius, kelompok radikal mempunyai ikatan kelompok yang kuat dan menampilkan ciri-ciri penampilan diri dan ritual yang khas, (4) kelompok Islam radikal seringkali bergerak secara bergerilya, walaupun banyak juga yang bergerak secara terang-terangan.

Baca Juga: Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil Punya Jurus Kendalikan Covid-19 Saat Libur Akkhir Tahun

Definisi Islam radikal dalam buku ini menurut Dr. Adian Husaini diambil dari buku Jhon L. Esposito yang berjudul Islam: The Straight Path.

Muslim radikal adalah mereka yang (1) berpendapat bahwa Islam adalah sebuah pandangan hidup yang komprehensif dan bersifat total, sehingga Islam tidak dapat dipisahkan dari politik, hukum, dan masyarakat, (2) seringkali menganggap bahwa ideologi masyarakat Barat yang sekuler dan cenderung materialistis harus ditolak, (3) cenderung mengajak pengikutnya untuk ’kembali kepada Islam’ sebagai sebuah usaha untuk perubahan sosial, (4) memandang bahwa regulasi-regulasi sosial yang lahir dar tradisi Barat, juga harus ditolak, (5) tidak menolak modernisasi sejauh tidak bertentangan dengan standar ortodoksi keagamaan yang telah mereka anggap mapan, dan tidak merusak sesuatu sesuatu yang mereka anggap sebagai kebenaran yang sudah final, (6) berkeyakinan bahwa upaya-upaya Islamisasi pada masyarakat muslim tidak akan berhasil tanpa menekankan aspek pengorganisasian ataupun pembentukan sebuah kelompok yang kuat.

Baca Juga: Didorong Stimulus Fiskal AS, Nilai Tukar Rupiah Menguat Sampai 80 Poin

Radikalisme Islam; Pasca Orde Baru

Ini menarik, analisis yang dilakukan oleh Martin van Bruinessen ada sisi yang berbeda yang disampaikannya, bahwa munculnya kelompok-kelompok radikal dalam Islam yang menggunakan terma jihadis dan menggerakkan para pengikutnya untuk berjihad di wilayah-wilayah konflik antar agama di Indonesia misalnya Maluku, Poso adalah fenomena yang cukup mencolok.

Pada pemerintahan pasca Presiden Soeharto terjadi pembiaran seolah militer serta polisi tidak mampu, atau tidak bersedia untuk menghalangi para jihadis. Bertentangan dengan perintah tegas presiden, kelompok-kelompok tentara jihad dapat meninggalkan pulau Jawa menuju Maluku tanpa ada pemeriksaan oleh polisi atau militer, bahkan saat tiba di Maluku mereka diberikan senjata modern oleh beberapa perwira militer yang bersimpati pada perjuangan mereka.

Nyaris, masih menurut Martin terdapat mufakat di kalangan para pengamat politik Indonesia bahwa semua kekerasan antar suku dan agama selama beberapa tahun belakangan ini dipicu oleh perebutan kekuasaan  antara faksi-faksi elite yang bersaing, atau didalangi secara sengaja oleh beberapa faksi yang bertujuan menggoyahkan pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (dan kemudian Megawati).

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah