SATU hal yang tidak terbantahkan adalah penyebaran agama Islam (proses islamisasi) dari berbagai belahan benua, seperti ditulis banyak ahli sejarah baik sejarawan Barat maupun Timur, dilakukan melalui saluran “tasawuf.”
Pada umumnya penyebarnya disebut wali (wali Allah, auliya`). Di Jawa misalnya, karena berjumlah sembilan disebut wali sanga (sanga = sembilan).
Hal demikian tidak saja hanya terjadi di negara-negara Asia. Bahkan proses islamisasi di Afrika lebih khusus lagi melalui jalur tarekat dalam tasawuf. Para penyebarnya juga dikenal sebagai wali.
Yang menarik, para wali itu juga pakar fikih dalam syariat agama. Tetapi secara de facto lebih dikenal sebagai ahli tasawuf dalam menyebarkan agama.
Dengan kata lain, proses islamisasi, diterimanya penyebaran agama Islam itu bukan karena kapasitasnya sebagai fuqoha (ahli fikih) tetapi lebih disebabkan karena sebagai ahli tasawuf (sufi).
Ini fakta sejarah yang sudah berlangsung selama berabad-abad. Dikatakan, kalau tidak karena jasa mereka di beberapa kawasan benua Asia dan Afrika yang sekarang menjadi muslim tentu sudah menjadi daerah beragama Masehi.
Baca Juga: Kisah Syekh Abdul Qodir Menangis Terisak saat Ditanya Seorang Pemabuk Berat
Karena tujuan kolonialisme bangsa Barat kecuali penguasaan wilayah (glory), dan penguasaan kekayaan sumber daya alam (gold), tetapi juga misi menyebarkan agama (gospel).