Kabar ini diutarakan langsung oleh Ning Neyla Muna, keluarga pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri, yang menyebut Muso sebagai keluarga mereka.
Sedikit menegaskan, KH Mohammad Hamdan lbiq, pengasuh pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri, mengatakan bahwa Muso merupakan anak bawaan Nyai Juru.
Baca Juga: Suasana Pesantren Gontor saat PKI Menguasai Karesidenan Madiun September 1948
KH Hasan Muhyi menikahi Nyai Juru, dan kala itu Nyai Juru sudah memiliki putra, salah satunya adalah Muso.
Diakui bahwa Muso kecil merupakan seorang yang rajin nyantri, artinya dia rajin mengikuti berbagai pengajian di pesantren.
Muso remaja kemudian menjadi pengurus Sarekat Islam pimpinan H.O.S Tjokroaminoto.
Tak disangka, suatu hari di kediaman Tjokroaminoto, Muso bertemu dengan Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet, yang suka pada ide-ide sosial demokrat revolusioner.
Baca Juga: Timnas Indonesia U16 Cukur Habis Guam dengan Skor 14-0 pada Kualifikasi Piala Asia U17 2023
Sneevliet pula yang kemudian memasukkan gagasan sosialis dalam tubuh Sarekat Islam, salah satunya melalui Muso.
Singkat cerita, Muso pada tahun 1927 menjadi incaran kolonial Belanda, hingga akhirnya dia memutuskan untuk lari ke Moskow.