Perlu Ada Uji Publik Tentang Hari Jadi Majalengka

6 Juni 2021, 08:20 WIB
Ketua BPH YAWINA Dr H Sudibyo BO SSos SE MM membuka seminar 'Ngaguar Sejarah Majalengka' /Pikiran Rakyat/Portal Majalengka/Andra Adyatama

PORTAL MAJALENGKA – Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) STMY Majalengka menggelar seminar ‘Ngaguar Sejarah Majalengka’. Kegiatan tersebut merupakan momentum menyambut peringatan hari jadi Majalengka ke-531.

Ketua BPH YAWINA Dr H Sudibyo BO Sos SE MM mengatakan, seminar tersebut digelar agar masyarakat khususnya mahasiswa STIE STMY paham tentang sejarah lahirnya Majalengka yang hingga kini diperingati setiap tanggal 7 Juni.

Terlepas masih kontoversi hari jadi tersebut, namun hal ini penting diketahui oleh generasi muda. Semangat untuk membangun Majalengka harus terus dijaga, salahsatunya dengan mengenalkan sejarah lahirnya kabupaten Majalengka.

Baca Juga: Gempa Berkekuatan 3.0 Magnitudo Guncang Kota Cianjur, Warga dan Pasien Rumah Sakit Berhamburan Keluar Gedung

“Kita hadirkan narasumber dari berbagai perwakilan kerajaan, baik dari Talaga Manggung, Pajajaran, dan Sumedang Larang serta dari Grup Madjalengka Baheula (Grumala) yang selama ini aktif menelusuri jejak sejarah,” ujarnya, Sabtu (6/6).

Sudibyo menambahkan, seharusnya segera melakukan uji publik terhadap hasil penelitian sejarah Majalengka, tujuannya untuk menghilangkan polemik hari jadi Majalengka yang selama ini diperingati pada 7 Juni.

Jika ditemukan fakta baru dan didukung data yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, peringatan hari jadi Kabupaten Majalengka 7 Juni bisa berubah, walaupun saat ini sudah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah dan sudah puluhan tahun diperingati.

Baca Juga: Orang Tua Berperan Penting dalam Pencegahan Penularan COVID-19 pada Anak-anak

“Jika penelusuran sejarah sudah dilakukan dan telah dibahas oleh para ahli serta dilakukan uji publik yang melibatkan semua stakeholders serta datanya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, itu bisa diproses menjadi sebuah peraturan daerah. Sehingga perubahan peringatan hari jadi Kabupaten Majalengka bisa dilakukan, apalagi jika saat ini dianggap keliru oleh banyak pihak,” ujarnya.

Sementara itu, Narasumber dari Grup Madjalengka Baheula (Grumala) selalu mendorong pemerintah untuk melakukan ziarah ke makam bupati pertama Majalengka saat acara peringatan hari hadi Majalengka.

Terlebih saat ini telah diyakini bahwa bupati pertama adalah Dendanegara yang makam dan prasastinya jelas tertulis di batu nisan dengan tulisan huruf pegon berbahasa jawa kuno.

Baca Juga: Kabareskrim: Jangan Tarik-tarik Polri soal Polemik di Tubuh KPK

Menurut Nana Rohmana, dua tahun terakhir pihaknya selalu menggelar haul di makam Dendanegara dengan acara membahas bukti-bukti sejarah yang mendukung kapan Majalengka ada dan siapa yang memerintahnya serta bagaimana prosesnya.

Keyakinan Dendanegara sebagai Bupati pertama itu setelah membaca tulisan yang tertera di pintu masuk dan batu nisan bersama penerjemah asal Indramayu, Tarka, serta peneliti asal Belanda pada 5 Januari 2019.

Sementara itu, Budayawan Majalengka, Rachmat Iskandar, memaparkan tiga hal yang menjadi rasa penasaran warnga setempat, yakni soal sebutan Depok Wijayakusumah karem di sana disebut Pemakaman Embah Wijayakusumah serta Dendadiningrat.

Baca Juga: Viral Pelecehan terhadap Perempuan Sedang Sholat, Pelakunya Ditangkap

Menurutnya, kata depok secara harfiah adalah duduk antara sila dan emok. Jadi orang sunda masa lalu padepokan itu sebuah sanggar silat atau penca.

Didalam penca sunda dikenal dengan jurus depok yaitu dari duduk ke berdiri sudah jadi kuda kuda. Kata depok itu berarti perguruan silat yang kemudian menadi padepokan.

Sedangkan wijayakusumaha alah sejenis bunga yang dipercayai kaum Uphanisada sebagai bunga yang mampu mengobati orang sakit, bahkan orang matipun konon bisa hidup kembali.

Baca Juga: 32 Santri Ponpes di Bogor Terkonfirmasi Positif Covid-19, Bima Arya: Diduga Akibat PTM

“Jadi diperkirakan padepokan wijayakusumah ini adalah perguruan silat dan yang mengajarkannya diknal dengan mana Raden Wijayakusmah. Itulah yang mungin menarik RT Dendanegara untuk dimakamkan di Padepokan Wijayakusumah,” ungkapnya.

“Sedangkan RT Dedanegara adalah regent (bupati) pertama Kabupaten Majalengka yang diangkat gubernur Belanda saat itu," ujarnya.***

 

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler