Budi, Sosok Penambal Jalan Berlubang yang Tidak Tercover APBD Majalengka

29 September 2020, 18:00 WIB
Budi, Sang penambal jalan rusak /Portal Majalengka/Pikiran Rakyat/Andra Adyatama

PORTAL MAJALENGKA - Budi sosok penambal jalan masih semangat memikul kerikil dan tanah yang telah ia kumpulkan dari bibir sungai Cimanuk meski senja semakin menampakkan jingganya.

Sambil memikul tumpukan batu yang ia kumpulkan dalam karung dengan keringat bercucuran, senyumnya tetap tersungging dari wajah lelahnya melakukan penambal jalan.

Sampai di titik lubang jalan, kerikil dan tanah tersebut dia tumpukan ke sebuah rongga penghubung jembatan yang menganga dan penambal jalan yang berlubang.

Baca Juga: Viralnya Pohon Jati Di Kertajati, Cermin Ketimpangan Pembangunan Di Utara Dengan Selatan Majalengka

Terkadang selang dua hari sekali bahkan terkadang berselang tiga hari Ia melakukan aktifitas menambal jembatan Rentang di blok Klewih Desa Jatitujuh Kecamatan Jatitujuh dengan campuran tanah dan kerikil yang sudah dia kumpulkan.

Satu hari dia menambal jembatan tersebut, Budi hanya mendapat uang Rp50 ribu.

Itupun kalau pengguna jalan khususnya pengendara roda empat seperti Truk dan kol bak mau berempati.

Baca Juga: BLT Tidak Tepat Sasaran, Warga Desa Pakubeureum Kertajati Datangi Kantor Kepala Desa

Tak setiap hari dia mampu mengangkut tanah dan kerikil yang dia kumpulkan dari dasar sungai itu untuk menambal jembatan.

Sehari-hari, dia hanya buruh tani yang selalu bekerja jika ada pemilik lahan yang membutuhkan tenaganya.

Sesekali, ia dibantu anaknya yang masih kecil untuk sekedar meminta sumbangan dari pengendara dengan menggunakan ember yang dia gunakan untuk mengangkut tanah. 

Baca Juga: Kejaksaan Negeri Majalengka Sudah Bidik Calon Tersangka Korupsi PDSMU

Batu-batu itu kembali dikumpulkan dalam beberapa gundukan besar untuk kemudian dihancurkan sebagai bahan timbunan.

Budi mengaku tak punya pekerjaan lain selain mengumpulkan kerikil dan tanah untuk membantu pengendara menghindari lubang jembatan.

Terlebih dalam kondisi sulit seperti ditengah pandemi covid-19 seperti sekarang ini.

Baca Juga: Sah! Raperda Disetujui, Kertajati dan Jatitujuh Jadi Kawasan Perkotaan Penyangga Bandara Kertajati

Dia beralasan seandainya ada petani atau pemilik lahan yang mau memanfaatkan jasanya untuk mencangkul atau mengurusi lahannya, Budi baru berhenti melakukan aktifitas menambal jembatan tersebut.

Jika musim hujan, dia mengaku tak bisa berbuat apa-apa karena jerih payahnya menumpuk tanah akan sia-sia tergerus oleh derasnya air hujan, terpaksa Dia berhenti untuk sementara waktu.

"Saya kumpulkan tanah dan kerikil dari jam enam (pagi) pulang lagi jam enam (petang)" ujarnya saat memulai percakapan Selasa 29 September 2020.

Baca Juga: Hari Ini Kejari Majalengka Kembali Panggil Dua Saksi Dalam Kasus Dugaan Korupsi PDSMU

Budi mengaku bangga dengan aktifitasnya. Dia bersyukur bisa membantu pengendara dari Jatitujuh yang hendak menuju Jatiwangi atau sebaliknya.

"Kami pekerja kasar, tolong pemerintah lebih peduli pada orang kecil macam kami. Kunjungi kami jangan sibuk di kota terus," ungkap Budi.

Pengendara pun merasa terbantu dengan adanya Budi.

Baca Juga: Sengketa Lahan Pasar Jatitujuh dan Pasar Panjalin dengan Pemkab Majalengka, Ini Kronologisnya!

Mengingat lubang yang retak dianntara penghubung jembatan tersebut cukup besar jika tidak ditimbun dengan tumpukan tanah dan kerikil yang dikumpulkan Budi.

“Saya kalau kebetulan lewat kesini suka ngasih meskipun sekedarnya. Karena kami cukup terbantu apalagi posisi lubang tersebut persis setelah tikungan, Bagi pengendara yang belum tahu kan itu cukup mengagetkan tiba-tiba ada lubang besar,” ujar Tasrsidi, warga Desa Jatitujuh yang hendak menuju Cirebon.***

 

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler