Adib menyebutkan, koordinasi di tingkat daerah juga harus dilakukan guna mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus.
“Kami yakin teman-teman di daerah sudah belajar banyak dari kenaikan kasus sebelumnya, dengan persiapan dan koordinasi yang terus dilakukan sehingga kita siap kalau terjadi lonjakan kasus. Mudah-mudahan tidak terjadi,” tuturnya.
Baca Juga: Kenali Modus Kejahatan Pencurian Data Pribadi di Dunia Maya, Cek Cara Menghindarinya
Terkait antisipasi menjelang Nataru apabila terjadi lonjakan kasus, Adib menambahkan bahwa kesiapan tenaga kesehatan perlu didukung dengan kesiapan lain seperti obat dan peralatan.
“Bukan hanya kesiapan SDM (Sumber Daya Manusia), tapi bagaimana mereka terfasilitasi dengan obat, alat kesehatan, oksigen. Tapi dari sisi SDM, saya yakin teman-teman di daerah siap,” ujarnya.
Walaupun kasus saat ini rendah, Adib menekankan untuk tidak meninggalkan kewaspadaan, mengingat COVID-19 selalu berkembang dan berubah. Dalam hidup berdampingan dengan COVID-19, intervensi kepada virus tidak dapat dilakukan.
Baca Juga: Indonesia Kekurangan 600 Ribu SDM Per Tahun untuk Pertumbuhan Sektor Ekonomi Digital
Sebaliknya, manusia sebagai host (inang) dapat melakukan upaya adaptasi agar selamat (survive) dengan memperhatikan lingkungan.
“Yang penting adalah gaya hidup sehat, protokol kesehatan karena saat ini kita dalam upaya adaptasi, dan lingkungan yang sehat,” tandas Adib.
Pada kesempatan yang sama, Anggota Satgas Penanganan COVID-19 Sub Bidang Mitigasi, Falla Adinda menegaskan besarnya peran pemerintah daerah dalam upaya menekan risiko penularan diakibatkan oleh mobilitas libur Nataru, termasuk mencegah kerumunan dan memastikan masyarakat mematuhi aturan.