Sejarah Pandemi Wabah Kolera di Cirebon, Menyebar dari Pelabuhan hingga Ciledug

24 Maret 2022, 21:12 WIB
Sejarah Pandemi Wabah Kolera di Cirebon, Menyebar dari Pelabuhan hingga Ciledug /ANTARA/

PORTAL MAJALENGKA - Catatan sejarah kolonial Belanda mengungkapkan bahwa Cirebon sebagai salah satu kota perdagangan di Pulau Jawa pernah terjangkit wabah kolera.

Selain malaria, kolera juga menjadi persoalan kesehatan masyarakat krusial di Cirebon pada saat pemerintahan kolonial Belanda.

Dalam artikel yang diterbitkan koran De Locomotief pada 13 November 1901, Imas Emalia mengutip dalam bukunya berjudul Wabah Penyakit dan Penanganannya di Cirebon 1906-1940 (2020), bahwa wabah kolera sudah menyerang warga Cirebon sebelum 1900.

Baca Juga: Sejarah Pandemi Penyakit di Cirebon, Pemerintah Kolonial Abai Kesehatan Warga, Malaria Jadi Wabah Regional

Diceritakan, kemunculan wabah kolera di Cirebon berawal dari pelabuhan, kemudian menyebar hingga pedalaman, seperti Ciledug.

"Pemerintah melakukan pencegahan melalui penambahan volume air bersih. Meski demikian, korban meninggal karena kolera tetap dalam jumlah puluhan," ujar De Locomotief edisi 13 November 1901 yang dikutip dari buku Wabah Penyakit dan Penanganannya di Cirebon 1906-1940 (2020).

Upaya ini dilakukan pemerintah kolonial Belanda yang ada di Cirebon sebagai implementasi teori Snow yang dianjurkan oleh paramedis Eropa.

Baca Juga: Ternyata Ini Alat-Alat yang Digunakan Rara Sang Pawang Hujan di Moto GP Mandalika

"Pemerintah menganggap wabah kolera sangat berbahaya, sehingga upaya penambahan air bersih terus dilakukan," imbuh kutipan di atas.

Masyarakat yang bermukim di kawasan Cangkol dan Tangkil menjadi daerah yang terserah kolera paling parah. Kedua daerah ini dulunya menjadi episentrum wabah kolera.

"Pemerintah menduga, ada pipa air bersih yang terkontaminasi air sungai yang kotor," ujar Surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad edisi 9 Oktober 1901.

Baca Juga: Hari TBC Sedunia, Mantan dan Pasien TB Kampung Nelayan Kandanghaur Dapat Bantuan Rumah Layak Huni

Kemudian, surat kabar pribumi Pemberita Cheribon mencoba mengungkapkan fenomena wabah penyakit tersebut melalui skema pemberitaan indepth.

"Wartawan telah berhasil mendapatkan kan informasi dari keluarga pasien kolera dan Ditahun itu total korban wabah kolera sebanyak 50.000 dengan 29.709 orang menderita demam tinggi dan 21.833 orang muntah-muntah."

Akibat wabah kolera, perekonomian masyarakat pun terganggu. Dalam buku tersebut mengemukakan, seorang pedagang Tionghoa di Pasar Kanoman Oie Tiong Ham mengalami kerugian besar, karena menurunnya pembeli dan pasokan beras dari petani.

Baca Juga: Asal Usul Puser Bumi Gunung Jati yang Menjadi Legenda Hingga Sekarang di Cirebon

Penurunan pasokan beras ini diduga karena wabah kolera menyerang petani, sehingga dia pun harus mengimpor beras dari Saigon Vietnam untuk menjualnya ke wilayah Jawa Barat.

Selain Oie Tiong Ham, pedagang lainnya seperti nama-nama Oie Ban Kwie dan Tan Ma Teng juga mengalami hal yang sama.

Pabrik gula juga mengalami kerugian akibat wabah kolera. Pada tahun 1902 saat Cirebon dalam kondisi darurat kolera, pabrik-pabrik gula yang berada di Leuweung Gajah Ciledug tutup sementara alias lockdown.

Baca Juga: Teks Surat Yasin Lengkap dengan Terjemah dan Arti, Berikut Manfaat Membacanya di Malam Jumat

Berdasarkan laporan Residen Cirebon GJ Oudemans (17 Januari 1908-6 April 1911) menyebutkan, wabah kolera di Cirebon pada tahun 1901-1902 sangat parah.***

Sumber buku Wabah Penyakit dan Penanganannya di Cirebon 1906-1940

Marga Ajani Nawa

Editor: Husain Ali

Sumber: Buku Wabah Penyakit dan Penanganannya di Cirebon

Tags

Terkini

Terpopuler