Baca Juga: Kerja Sama Proyek Pembayaran Tol dengan Hongaria Disambut Baik
Program itu diharapkan mendapat dukungan dari pemerintah daerah untuk menciptakan swasembada pangan di Jabar.
"Saya tidak melihat alasan tidak berhasil, sampai suatu hari tinggal di desa itu keren," katanya.
Hingga 11 Februari 2021, sebanyak 6.000 milenial Jawa Barat (Jabar) telah mendaftar program Petani Milenial Juara melalui situs https://petanimilenial.jabarprov.go.id/.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Produksi Bio Farma Dapat Izin Guna Darurat
Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jabar Benny Bachtiar mengatakan, pendaftaran Petani Milenial Juara masih dibuka. Gubernur Jabar Ridwan Kamil sendiri menargetkan 5.000 milenial tergabung dalam program tersebut.
Pendaftaran program Petani Milenial masih terus berjalan hingga kini. Sedangkan, waktu penutupan akan diinfokan kembali.
Milenial paling banyak mendaftar berasal dari kawasan Bandung Raya seperti Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, serta Kabupaten Sumedang dan Garut.
Baca Juga: DPR Ingatkan Polri Tak Terjebak Pasal Karet di UU ITE
Profil para pendaftar sekitar 45 persen berumur 20-24 tahun dan 28 persen berumur 25-29 tahun. Pendaftar didominasi laki-laki sekitar 87 persen sedangkan perempuan 13 persen.
Setelah mendaftar, para calon petani muda ini akan disaring secara administrasi, salah satunya terkait pemenuhan syarat bila diperlukan kredit dari lembaga keuangan.
Kemudian, calon petani akan menjalani skrining teknis di perangkat daerah. Setelah lolos, pemuda ini akan dilatih lebih dalam sebelum terjun ke lapangan.
Baca Juga: Virus Corona Bisa Bertahan 7 Hari Lebih di Masker
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jabar sendiri akan mengarahkan petani milenial untuk mengembangkan burung puyuh.
Sementara itu, Kepala DKPP Jawa Barat Jafar Ismail, burung puyuh dipilih karena hanya membutuhkan lahan 50 meter persegi dengan waktu pemeliharaan hanya 60 menit per hari.
Satu unit peternakan dengan 1.000 ekor burung puyuh membutuhkan investasi Rp22 juta. Dengan perhitungan kasar keberhasilan bertelur 70-80 persen, telur yang dapat diproduksi sekitar 800 butir per hari dengan nilai jual Rp240 ribu.
Baca Juga: Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes: Masyarakat Sebentar Lagi Akan Mendapatkan Vaksinasi
Setelah dipotong biaya produksi, keuntungan bersih Rp80.000 per hari atau Rp2,4 juta per bulan.
"Itu dari 1.000 ekor, kalau dua kali lipatnya tentu keuntungan bertambah," kata Jafar.
Jafar menyebutkan, dari pengalaman, petani burung puyuh dapat balik modal (break event point) pada bulan kesembilan.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Produksi Bio Farma Lulus EUA, Siap Distribusi
“Petani milenial ini peluang di masa pandemi, pertanian sangat dibutuhkan dalam situasi apapun karena urusan makan tidak bisa ditunda- tunda,” tutur Jafar.
Salah satu persyaratan teknis adalah calon peserta program ini harus punya pengalaman dengan pertanian minimal empat bulan.
"Karena ini kaitanya dengan kredit, risikonya akan tinggi jika modal disalurkan ke orang yang belum pernah mengenal pertanian sama sekali," ujarnya.
Baca Juga: Pemerintah Optimis Pulihkan Perekonomian dengan Dorong Konsumsi
Menurut Ajat, pihaknya untuk tahap pertama ini akan mengarahkan petani milenial ini untuk membudidayakan jagung, Ubi Jepang. Jagung dan Ubi Jepang dipilih sebagai komoditas andalan karena memiliki nilai ekonomis tinggi.***