Dimensi Cinta; Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW (Refleksi Peringatan Maulid Nabi)

- 28 Oktober 2020, 13:26 WIB
Dr H Masduki Duryat MPdI
Dr H Masduki Duryat MPdI /

Pada tataran realistik—dengan mengutip tulisan jalaluddin Rakhmat—salah satu kunci keberhasilan kepemimpinan Nabi Muhammad adalah; Pertama, Perhatian yang tulus; Kedua, Pandai memuji, memberikan reward; Ketiga, Kepemimpinan yang memberikan contoh, teladan. Yang semua ini merupakan refleksi dari kepemimpinan publik Nabi dengan mengadaptasi QS. Al-Fath [48]: 29 adalah, “Pertama, keras dan tegas terhadap kekafiran (penyimpangan); (menegakkan aturan dengan tanpa pandang bulu atau tebang pilih). “lau anna Fathimata binti Muhammadin saraqat laqatha’tuha”. Kedua, kasih sayang terhadap sesama; (populis, berpihak kepada kepentingan public, selalu menjaga soliditas dan solidaritas, keragaman masyarakat memperkaya inovasi, perbedaan menjadi rahmat bukan menjadi laknat). Ketiga, selalu ruku’ dan sujud; (rajin beribadah, rendah hati, giat bekerja, tulus, dan senantiasa berbuat semata karena Allah dan umtuk kepentingan masyarakat banyak).

Baca Juga: Fokus Membangun, Kepala Daerah Petahana Jangan Dulu Berpikir 2 Periode

Keempat, selalu mencari karunia dan ridha Allah; (kreatif menggali potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM), cerdas menangkap peluang, taat dan patuh terhadap aturan, seimbang antara do’a dan ikhtiar, serta optimis atas rahmat dan ridha Allah). Kelima, bekas sujud Nampak di wajahnya; (kesalehan ritualnya memberi dampak pada kesalehan sosial, integritasnya sebagai muslim tercermin pada perilaku kesehariannya, yang selalu berpihak pada kepentingan dan kesejahteraan masyarakat)”.

Sangat indah tulisan Husein Muhammad dengan menceritakan kembali cerita Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya yang berjudul "Insaniyyat Muhammad", Kemanusiaan Muhammad.

Suatu hari seseorang laki-laki datang menemui Nabi. Dia belum pernah melihat wajah Nabi. Dia hanya mendengar nama Muhammad  dan mendengar kabar bahwa Muhammad  menghina Tuhan-tuhan kabilah Quraisy dan kabilah-kabilah yang lain. Dia juga sering mendengar tuduhan-tuduhan yang tak tak berdasar terhadap beliau. "Muhammad itu si gila, dukun, tukang sihir, dan sehenisnya".

Baca Juga: Pendidikan; Bukan Me-Yatim-Piatu-kan Anak dan Me-monster-kannya

Orang tadi ingin menemui Nabi. Ia kemudian menuju Makkah dengan membawa pedang yang sudah diasah tajam dan bersumpah akan mempertaruhkan nyawanya dengan Muhammad. Ia bertanya- tanya kepada setiap orang yang ditemuinya di sana di mana Muhammad dan bagaimana wajahnya.

Begitu bertemu orang yang dipanggil Muhammad darahnya mendidih, kata-kata kasar dan penuh caci maki berhamburan dari mulutnya. Mendengar itu semua Nabi hanya tersenyum saja. Tetapi senyum itu mengembuskan cahaya, dan cahaya itu menerobos jantung laki-laki tadi. Senyum itu meluluhkan hati keras laki-laki itu.

Beberapa menit kemudian hati laki-laki itu  galau, berkecamuk dan berubah. Kebengisan berubah menjadi kelembutan, kemarahan berubah menjadi simpati dan cinta. Ia lalu menjatuhkan diri di kaki dan pelukan Nabi, sambil menangis tersedu-sedu.

Baca Juga: Bupati Bandung Layangkan Surat Penolakan UU Omnibus Law

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah