Dimensi Cinta; Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW (Refleksi Peringatan Maulid Nabi)

- 28 Oktober 2020, 13:26 WIB
Dr H Masduki Duryat MPdI
Dr H Masduki Duryat MPdI /

 

Oleh: DR. H. Masduki Duryat, M. Pd.I

Islamophobia telah secara tidak langsung dibangkitkan kembali oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron—sebagaimana disampaikan Muhyiddin Junaidi, wakil Ketua MUI. Sebelumnya Macron menyatakan ia tidak akan mencegah penerbitan kartun yang menghina Nabi Muhammad dengan dalih kebebasan berekspresi. Selama beberapa hari terakhir, Prancis telah menyaksikan pemasangan gambar yang menghina Nabi Muhammad di fasad beberapa bangunan di negara itu.

Selain kartun provokatif, awal bulan ini, Presiden Macron menggambarkan Islam sebagai agama yang sedang dalam krisis. Dia juga mengumumkan rencana mendorong undang-undang yang lebih keras untuk menangani apa yang disebutnya ‘separatisme Islam’ di Prancis.

Kontan, sikap Macron ini tidak hanya mendapat reaksi dari kalangan ummat Islam tetapi juga datang dari sejumlah umat Kristiani di Arab. Mereka menilai Macron menghina Islam dan Nabi Muhammad.

Baca Juga: Program Indonesia Pintar Belum Jadi Solusi

Macron langsung dikutuk atas pernyataannya itu. Bahkan negara Timur Tengah menyerukan boikot produk Prancis sebagai bentuk protes.

Ghada Owais, presenter Al-Jazeera yang beragama Kristen mengatakan, "Saya menolak untuk menyakiti perasaan Muslim atau untuk menggeneralisasi terorisme dan mengaitkannya dengan Islam.” Ayman Dababneh mengatakan, "Siapa yang menyinggung dan tidak menghormati saudara Muslim saya tidak menghormati saya sebagai seorang Kristen Yordania.

Michael Ayoub berkata di Twitter: "Saya benar-benar membenci orang [yang] menghina agama orang lain atau mengejek dia atau utusannya. Apa yang terjadi di Prancis adalah kemerosotan, dan ini menggarisbawahi bahwa mereka sangat jauh dari ajaran al-Kitab."

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x