Dimensi Cinta; Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW (Refleksi Peringatan Maulid Nabi)

- 28 Oktober 2020, 13:26 WIB
Dr H Masduki Duryat MPdI
Dr H Masduki Duryat MPdI /

Baca Juga: Omnibus Law, Konflik Lahan Dan Kerusakan Lingkungan

Sejatinya dengan meminjam kata-kata Gus Dur, apa yang dilakukan mereka tidak akan menurunkan kemuliaan akhlaq Nabi Muhammad SAW. Tetapi dengan bahasa yang berbeda—walau maknanya debatable—Buya Hamka pernah mengatakan; “Jika diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kafan”.

Kepemimpinan Nabi, Bertabur Cinta

Bahwa ada gerakan separatis dari sempalan gerakan Islam yang mengekspresikan dengan kekerasan dari interpretasi ajarannya tidak bisa dipungkiri ada semenjak awal kemunculan Islam, misalnya yang diperlihatkan oleh Khawarij. Tetapi dengan mengeralisasikan bahwa Islam dan ajarannya identik dengan kekerasan, teroris juga tidak bijak dan kurang memahami sejarah serta ajaran Islam secara holistic.

Baca Juga: Depresi dan Stress Perlu Penanganan Komprehensif

Cukuplah apa yang disampaikan Nabi ketika melakukan haji Wada’ menggambarkan kerahmatan Islam di bukit Namirah; Nabi memandangi wajah para sahabatnya. Lalu bertanya, “Tahukah kamu siapa yang disebut Muslim? Al-Muslimu man saliman Nasu min lisanihi wayadih. Seorang Islam ialah orang yang seluruh manusia tidak pernah diganggu dengan lidah dan tangannya”, kata Nabi yang mulia.

Lalu Nabi bertanya lagi, “Tahukah kamu siapa yang disebut mukmin?” Al-Mu 'minu man aminan Nasu fi amwalihim wa anfusihim.   Seorang mukmin ialah orang yang mendatangkan rasa aman pada orang lain dalam  hartanya dan  dalam (kehormatan dan  kehidupan) dirinya.

Dengarkan apa kalimat terakhir dari wasiatnya yang terakhir: La tarji'u ba'di kuffaran yadhribu ba'dhukum riqaba ba'dhin.   Janganlah  kamu kembali kafir, yakni kamu saling memerangi di antara kamu!

Baca Juga: Pesantren penyebab Meningkatnya Kasus Covid-19, Benarkah?

Menurut Nabi saw, seorang Muslim tidak akan pernah menggunakan lidah dan tangannya untuk menyakiti siapa pun. Ia menamakan pengikutnya Muslim, yang artinya  selain  orang  yang   pasrah  kepada  Allah  SWT., juga orang  yang mendatangkan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan kepada orang-orang di sekitamya.  "Inginkah kamu menjadi orang-orang yang saling mencintai?  Ufsyus salam  baynakum. Sebarkan kebahagiaan, keselamatan di antara kalian.  Seorang Muslim, dalam makna nabawi, dalam definisi profetik,  adalah orang yang misi hidupnya adalah menebarkan kebahagiaan, keselamatan!

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah