Pesantren penyebab Meningkatnya Kasus Covid-19, Benarkah?

- 22 Oktober 2020, 20:00 WIB
Ilustrasi Covid-19.
Ilustrasi Covid-19. /
 
Oleh: Tiktik Maysaroh
 
Kasus positif Covid-19 kabupaten Bandung melampaui 900 orang.
 
Pasien positif yang dirawat meningkat dan tingkat kesembuhan menurun tipis. Namun, tingkat kematian dalam kurun yang sama menurun. 
 
Hingga saat ini beberapa wilayah kabupaten Bandung tercatat sebagai wilayah dengan jumlah pasien positif aktif tertinggi diantaranya, kecamatan Bale endah, Margahayu, Marga asih, Bojong soang dan Cicalengka. 
 
 
Disinyalir DinKes kabupaten Bandung bahwa pesantren merupakan zona merah dalam penyebaran klaster baru virus Covid-19 ini.
 
Dengan ini DinKes kabupaten Bandung menggencarkan test SWAB maupun tes usap kepada para kiai, ustadz maupun santri.
 
PemKab Bandung pun sudah membentuk SatGas penanggulangan Covid-19 seperti pasilitas rumah sakit rujukan dan isolasi mandiri.
 
 
Maraknya klaster pesantren dalam penyebaran Covid-19 seolah-olah pesantren dijadikan 'tersangka' dalam meningkatnya penyebaran virus Covid-19 ini.
 
Sehingga DinKes menghimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai area pesantren ini. 
 
Namun di sisi lain DinKes lalai dan abai terhadap kerumunan-kerumunan pasar dan mall-mall besar dan tidak menggencarkan untuk melakukan test apapun, bahkan terkesan membiarkan dan membebaskan masyarakat untuk senantiasa melakukan aktifitas sosial walau wabah semakin merambah. 
 
 
Karena menurut pemimpin yang berada di kursi-kursi kekuasaan, pasar dan mall adalah bidang aktifitas sosial yang akan menguntungkan dan menyeimbangkan kondisi ekonomi daerah pemerintahan setempat maupun negara. 
 
Jadi jelas, jika keadaan pesantren yang menerapkan pembelajaran normal dinilai tidak menghasilkan keuntungan materi, berbeda dengan sekolah umum yang menerapkan pembelajaran secara online.
 
Beginilah sistem kapitalis bekerja, jika aktifitas itu menguntungkan dalam hal materi maka akan dibiarkan beraktifitas bahkan didukung, tetapi jika tidak memberikan keuntungan materi maka dibuatlah aturan yang dapat menguntungkan. 
 
 
Sementara Islam, kesehatan dan keamanan statusnya sama sebagai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi negara. 
 
Dan untuk mengatasi pandemi ini, tak mungkin bisa melepaskan diri dari performa kesehatan itu sendiri yaitu, pencegahan dan pembinaan pola sikap dan perilaku sehat, baik fisik, mental maupun sosial. 
 
Negara pun wajib memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada seluruh lapisan masyarakat tidak sebatas wilayah terdampak saja. 
 
 
Dan Islam mempunyai solusi yang mutakhir dalam penanganan serta pencegahan penyebaran wabah yaitu dengan diterapkannya lockdown yang sudah jelas contoh penerapannya saat wabah melanda negara Khilafah di bawah kepemimpinan sahabat Rosulullah SAW yaitu Kholifah Umar bin Al Khottab. 
 
Maka sudah seharusnya kita mencontoh negara Khilafah dalam menyelesaikan segala problematika kehidupan ini, sehingga Rahmat Allah SWT senantiasa tercurah kepada seluruh umat-Nya.
 
Wallahu'alam bisshawab.***
 

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x