Kasus Covid-19 Tak kunjung Berakhir

- 20 Desember 2020, 05:00 WIB
Update COVID-19 19 Desember 2020
Update COVID-19 19 Desember 2020 /Kemenkes RI/Twitter/KemenkesRI
Oleh : Fina Fauziah* 
 
Hingga Jumat 11 Desember 2020, total kasus konfirmasi atau positif virus corona di Kabupaten Bandung mencapai 2.593 kasus.
 
Hal itu menandakan kasus penularan virus corona (Covid-19) di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, masih menunjukan tren penambahan.
 
Dikutip Zonapriangan.com dari Prfmnews.id, terjadi penambahan sebanyak 110 kasus konfirmasi positif virus corona dalam 24 jam terakhir, atau dari Kamis 10 Desember hingga Jumat 11 Desember 2020. 
 
 
Dari total 2.593 kasus konfirmasi positif virus corona tersebut, sebanyak 1.110 pasien masih dalam proses perawatan (positif aktif), 1.408 pasien dinyatakan sembuh, dan 75 lainnya meninggal dunia.
 
Sementara itu, total kasus suspek virus corona di Kabupaten Bandung per hari ini, Jumat 11 Desember 2020 mencapai 3.347 kasus. Dari jumlah tersebut, 567 di antaranya berstatus suspek proses, sedangkan 2.780 lainnya selesai pengawasan atau discarded.
 
Sebelumnya diberitakan prfmnews.id, hingga Kamis 10 Desember total kasus positif corona di Kabupaten Bandung mencapai 2.483 kasus.
 
 
Sikap pemerintah dalam menangani pandemi corona memunculkan banyak perdebatan, tak terkecuali di dunia maya. Mayoritas masyarakat tampaknya sepakat memandang bahwa pemerintah negara +62 ini terlalu lamban, bahkan terkesan meremehkan.
 
Tengok saja, saat dunia ramai-ramai melakukan berbagai upaya maksimal termasuk kebijakan lockdown, pemerintah masih membuka pintu lebar-lebar untuk para wisatawan, terutama dari Cina.
 
Pemerintah saat itu bahkan rela membayar para buzzer dan influencer demi menarik sektor pariwisata yang diharapkan bisa menambah pundi-pundi kas negara yang menipis sejak lama. Seraya terus bersikukuh menyebut bahwa Indonesia akan aman dari corona.
 
 
Beberapa kasus pun awalnya terkesan ditutup-tutupi. Hingga dua warga depok diketahui tertular warga jepang gegara dansa dan salah seorang pejabat negara terkena juga. Wajar jika warga kian resah.
 
Dan mendesak pemerintah untuk mau bersikap terbuka.Nyatanya, benar saja. Tak perlu waktu lama, hari ke hari catatan kasus corona di Indonesia meningkat secara eksponensial.
 
Bahkan, Indonesia pun langsung jadi juara dunia untuk kasus kematian sebagai dampak corona. Tampaknya, banyak hal yang membuat pemerintah galau dan sangat gagap menghadapi kasus wabah corona.
 
 
Buruknya kualitas kepemimpinan, parahnya kondisi keuangan negara serta kuatnya ketergantungan kepada asing nampak menjadi alasan utama.Namun ironisnya yang selalu jadi alasan adalah kepentingan rakyat banyak.
 
Jika Indonesia benar-benar lockdown, maka terlalu banyak risikonya. Ekonomi akan mandek. Dan ujung-ujungnya, rakyatlah yang akan menderita. Begitu katanya. Akibatnya, rakyat dibiarkan dalam ketidakpastian.
 
Edukasi dan informasi yang kurang membuat mereka mengambil sikap yang beragam. Sosialisasi protokol kesehatan yang lamban disampaikan dan setengah-setengah ditegakkan pun tak efektif membantu langkah pencegahan.
 
 
Selain karena ada masyarakat yang “terpaksa” wara-wiri untuk mencari penghidupan, tak sedikit pula yang berkeliaran karena kebodohan.
 
Dalam Islam, kepemimpinan dinilai sebagai amanah berat yang berkonsekuensi surga dan neraka. Dia wajib menjadi pengurus dan penjaga umat. Seorang pemimpin pun dipandang seperti penggembala.
 
Layaknya gembala, dia akan memelihara dan melindungi seluruh rakyat yang menjadi gembalaannya. Memperhatikan kebutuhannya, menjaga dari semua hal yang membahayakannya, dan menjamin kesejahteraannya hingga bisa tumbuh dan berkembang biak sebagaimana yang diharapkan.
 
 
Inilah realitas sistem Islam yang pernah mewujud belasan abad lamanya. Sistem yang tegak di atas landasan keimanan sangat berbeda jauh dengan sistem yang tegak di atas landasan kemanfaatan segelintir orang.
 
Sistem Islam, betul-betul menempatkan amanah kepemimpinan selaras dengan misi penciptaan manusia dan alam semesta. Yakni, mewujudkan rahmat bagi seluruh alam, tanpa batas imajiner bernama negara bangsa.
 
Dengan demikian, negara akan dengan mudah mewujudkan layanan kebutuhan dasar baik yang bersifat individual dan publik bagi rakyatnya, secara swadaya tanpa bergantung sedikitpun pada negara lain.
 
 
Bahkan negara lainlah yang bergantung kepada negara Islam. Sehingga saat negara dilanda wabah penyakit, sudah terbayang negara akan mampu mengatasinya dengan kebijakan tepat dan komprehensif.
 
Lockdown akan mudah diterapkan sebagai bagian dari pelaksanaan syariat, tanpa khawatir penolakan, tanpa halangan egoisme kelokalan dan tanpa khawatir kekurangan banyak hal.
 
Rakyat pun akan taat karena paham kepentingan dan merasa tenteram karena semua kebutuhannya ada dalam jaminan negara. Sementara tenaga medis akan bekerja dengan tenang karena didukung segala fasilitas yang dibutuhkan dan insentif yang sepadan dengan pengorbanan yang diberikan.
 
 
Bahkan riset pun memungkinkan dengan cepat dilakukan. Hingga ditemukan obat yang tepat dan wabah pun dalam waktu cepat bisa ditaklukkan. Wallahualam Bishowab.
 
*Penulis adalah seorang Mahasiswi 
 
 
 

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah