Oleh: Masduki Duryat*)
Diskursus politik selalu menarik untuk diperbincangkan, sampai-sampai Aristoteles menyebutnya sebagai master of science. Bagi Aristoteles, dimensi politik dalam eksistensi manusia merupakan dimensi yang paling urgen sebab bisa mempengaruhi lingkungan lain dalam kehidupan manusia.
Dan salah satu isu menarik dalam konteks politik pemilihan kepala daerah selalu saja menyangkut politik dinasti—sampai-sampai Majalah Gatra menyebutnya, jika bukan karena daerah Solo, Medan dan Tangsel—Pilkada sekarang tidak terlalu disorot.
Bulan ini terma politik dinasti menjadi kajian dan berita sentral di Majalah Tempo dan Gatra. Walau definisi dinasti dalam konteks demokrasi masih menjadi debatable, tetapi tetap menjadi isu menarik—terutama untuk menciptakan konflik—yang pada bahasa Paul Conn menganggap konflik sebagai esensi politik.
Baca Juga: Cek Autentikasi, Arsip Supersemar di ANRI Bukan Asli
Thomas Hobbes menyebutnya watak dasar manusia itu mementingkan dirinya sendiri dan bersifat rasional.
Sehingga secara alamiah manusia cenderung berkonflik dengan sesamanya.
Baca Juga: Ternyata Handsanitizer Tak Efektif Cegah Covid-19 Jika Salah Penggunaannya
Dinasti dalam Politik Kekuasaan
Robson sebagaimana diungkapkan oleh Ramlan Surbakti adalah tokoh yang mengembangkan tentang kekuasaan.