Ukur Bayi Dengan Kue Apem dan Tradisi Rebo Wekasan di Bulan Safar masih Lestari di Majalengka

- 14 Oktober 2020, 06:24 WIB
Seorang bayi yang baru lahir diukur dengan kue apem . Tradisi ini dipercaya sebagai tolak bala di Rebo Wekasan Bulan Safar
Seorang bayi yang baru lahir diukur dengan kue apem . Tradisi ini dipercaya sebagai tolak bala di Rebo Wekasan Bulan Safar /Portal Majalengka/Pikiran Rakyat/Andra Adyatama

PORTAL MAJALENGKA- Sebagian masyarakat di Kabupaten Majalengka masih melakukan  ritual acara menyambut Rebo Wekasan pada bulan safar dengan membuat kue apem.

Bahkan di beberapa Desa di kabupaten Majalengka masih ada tradisi ukur bayi dengan  kue apem.  

Menurut salah seorang tokoh di kecamatan Jatitujuh, Abah Atim menyebutkan, bayi yang baru lahir diukur dengan menggunakan kue apem.

Baca Juga: Lagi, Kasus Terkonfirmasi Positif Covid 19 di Kabupaten Majalengka Bertambah 13 Kasus

Nantinya mengukur badan bayi itu  dengan apem, lalu orang tuanya melakukan acara  saweran dan membagikan apem kepada para tetangga dan kerabat siang harinya.

Menurutnya, tradisi ukur dengan apem memang sudah mulai jarang dilakukan warga, tapi sebagian masyarakat masih melakukan tradisi  dari para leluhur tersebut.

Penuturan para sesepuh, kata Abah Atim, apem merupakan makanan tradisional.

Baca Juga: Sebanyak 162 Pondok Pesantren di Majalengka dapat Bantuan Operasional dari Kementrian Agama RI

Di bulan Safar, makanan ini sering diperoleh kiriman dari orang-orang terdekat.

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x