Utusan Mataram yang Tak Berani Pulang Menjadi Asal-usul Penamaan Sebuah Desa di Majalengka

- 20 Oktober 2023, 21:52 WIB
Ilustrasi. Utusan Mataram yang Tak Berani Pulang Menjadi Asal-usul Penamaan Sebuah Desa di Majalengka
Ilustrasi. Utusan Mataram yang Tak Berani Pulang Menjadi Asal-usul Penamaan Sebuah Desa di Majalengka /Foto: Instagram @terasering_sawahnangkrak

PORTAL MAJALENGKA - Majalengka tempo dulu menjadi daerah yang sering dilalui karena miliki rute ke wilayah besar seperti Bandung dan Batavia.

Oleh karena itu, pada masa kerajaan, Majalengka sering dilalui oleh orang dari Cirebon atau dari kerajaan Mataram.

Karena berdekatannya Majalengka dengan Cirebon, maka Majalengka pun menjadi bagian wilayah kekuasaan Cirebon saat itu.

Baca Juga: Wisata Situ Gunung Sukabumi Ada Kaitannya dengan Bangsawan Mataram Menurut Legenda

Dilansir dari Jurnal Diglosia (2021:24), sebuah wilayah di Majalengka menjadi tempat pelarian seorang utusan dari Mataram.

Pada tahun 1600-an di wilayah Majalengka terdapat seorang utusan asal Mataram yang kemudian menetap dan membangun desa di tempat tersebut.

Ia adalah Mbah Gambir yang konon tak berani pulang ke Mataram lantaran tak bisa menunaikan tugasnya.

Baca Juga: SEPERTI FILM ONE PIECE, Buah yang Miliki Kekuatan ini Menjadi Asal-usul Penamaan Daerah di Majalengka

Tugas yang diberikan adalah mencari seorang perempuan yang cantik dengan kriteria yang tak disebutkan dalam cerita.

Hal tersebut diperintahkan oleh seorang laki-laki penerus kerajaan Mataram yang disebut sebagai Ratu Anom.

Penyebab Mbah Gambir tak kunjung pulang adalah ia tidak menemukan wanita yang disebutkan baik dalam perjalanan hingga menetap di daerah Majalengka tersebut.

Baca Juga: Pusaka Kokoh dengan Harum yang Khas Menjadi Asal-usul Penamaan Sebuah Desa di Majalengka

Sedangkan Mbah Gambir dan Ratu Anom memiliki kesepakatan terkait waktu yakni selama satu minggu dalam pencariannya.

Bila Mbah Gambir tak dapat menyelesaikan tugas ini, maka Mbah Gambir akan menerima hukuman berat bahkan nyawa taruhannya.

Setelah satu minggu berlalu hingga menuju 40 hari, Mbah Gambir tak kunjung menemukan wanita idaman Ratu Anom.

Akhirnya ia memutuskan untuk menetap di daerah tersebut dan mendirikan sebuah pedukuhan kecil sehingga ia membuat sumur dengan bangunan atap kayu di atasnya yang disebut padung.

Pembuatan padung itu ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya yang berkaitan dengan air.

Ia menamai pedukuhan tersebut dengan nama Panyingkiran yang berasal dari kata nyingkir atau menghindar bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Mbah gambir tak berani pulang atau bisa disebut menghindar dari hukuman berat yang dihadapinya bila ia memberanikan diri menghadap Ratu Anom.

Padung yang konon dibuat oleh Mbah Gambir kini masih ada dan dinamakan Cipadung oleh masyarakat setempat.

Panyingkiran merupakan sebuah desa sekaligus berstatus sebagai kecamatan di wilayah Majalengka bagian utara.

Itulah sekilas tentang asal-usul penamaan sebuah desa di Majalengka yang disebabkan oleh adanya utusan Mataram yang tak berani pulang.***

 

Editor: Muhammad Ayus

Sumber: Jurnal Diglosia "Cerita Rakyat Majalengka" Vol.5, Universita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah