“Di sinilah Kebumen berawal,” kata Ravie saat kami mengunjungi salah satu lahan bekas pabrik zaman kolonial di Kelurahan Panjer, Kebumen.
Di sinilah sejarah pernah bercerita. Di lahan seluas lima hektare, pernah berdiri pusat Kerajaan Panjer yang sempat mengibarkan namanya dalam deret kerajaan Jawa hingga abad ke-19.
Baca Juga: BAWASLU RI, Bahas Rekrutmen Panwascam untuk Pemilu 2024
Kebumen atau Panjer, kata Ravie, dahulu merupakan sebuah kerajaan/kadipaten kuno. Di dalam Babad Kadiri, katanya, disebutkan Kadipaten Panjer sebagai wilayah ramai perniagaan.
Begitu juga di zaman Majapahit, lokasi ini pernah menjadi salah satu simpul perdagangan dan bisnis beberapa kerajaan di Jawa.
Hingga pada akhirnya, Belanda membumihanguskan pendopo dan pusat pemerintahan Panjer pada 1831.
Baca Juga: 5 Pesan Habib Luthfi bin Yahya Tentang PANCASILA DAN NASIONALISME
Menghapuskan ingatan generasi penerus, Panjer yang memiliki arti sebuah awalan, diubah namanya menjadi Keboemen.
Selanjutnya, pusat pemerintahan dipindah dan didirikan beberapa kilometer ke arah utara. Hingga akhirnya wajah Kebumen disulap menjadi pusat bisnis prestisius Hindia Belanda pada 1851.
Di tanah agung bekas pusat pemerintahan, tempat kami berdiri saat itu, Belanda membangun pabrik kopra, yang konon terbesar di Nusantara.