Pada tanggal 29 Juni 1811 Daendels berlayar kembali ke Eropa dari pelabuhan di Surabaya. Pada bulan September 1811 ia diterima oleh Napoleon Bonaparte di Paris.
"Masa itu, masa prasasti dibuat, Daendels telah kembali ke Eropa," ujar Djoko seperti dikutip Portal Majalengka dari buku Napak Tilas Jalan Daendels Karya Angga Indrawan.
Tanpa terus mempertanyakan nilai kebenaran tersebut, Cadas Pangeran memang mengurai banyak kisah tragis. Di wilayah ini, terhampar kuburan masal di sepanjangjalannya.
Mantan sekretaris Paguyuban Kuncen se-Kabupaten Sumedang, Yadi Ahyadi, mengaku menjadi saksi penemuan tulang-belulang di Cadas Pangeran.
"Sekitar 2007, saat pemetaan kembali kawasan wisata Cadas Pangeran," ujarnya saat penulis temui di kompleks pemakaman Pangeran Kornel, Pasarean, Sumedang.
Baca Juga: Kisah Cucu Kembar Prabu Siliwangi Berubah Jadi Macan, Bongbang Larang dan Bongbang Kencana
Di Cadas Pangeran, juga masih terdapat kampung dengan nama berkaitan dengan peristiwa bersejarah tersebut.
Ada Kampung Singkup, nama yang diambil lantaran dulu kampung ini tempat meletakkan semua perkakas para pekerja yang didominasi Oleh sekop (schoop=singkup).
Ada juga Kampung Pamucatan yang berada di satu turunan Cadas Pangeran. Istilah ini diambil dari kata mucat dalam bahasa Sunda, yang berarti waktunya melepas ikatan kerbau yang membantu transportasi di jalur ini.