Sementara itu, Narasumber dari Grup Madjalengka Baheula (Grumala) selalu mendorong pemerintah untuk melakukan ziarah ke makam bupati pertama Majalengka saat acara peringatan hari hadi Majalengka.
Terlebih saat ini telah diyakini bahwa bupati pertama adalah Dendanegara yang makam dan prasastinya jelas tertulis di batu nisan dengan tulisan huruf pegon berbahasa jawa kuno.
Baca Juga: Kabareskrim: Jangan Tarik-tarik Polri soal Polemik di Tubuh KPK
Menurut Nana Rohmana, dua tahun terakhir pihaknya selalu menggelar haul di makam Dendanegara dengan acara membahas bukti-bukti sejarah yang mendukung kapan Majalengka ada dan siapa yang memerintahnya serta bagaimana prosesnya.
Keyakinan Dendanegara sebagai Bupati pertama itu setelah membaca tulisan yang tertera di pintu masuk dan batu nisan bersama penerjemah asal Indramayu, Tarka, serta peneliti asal Belanda pada 5 Januari 2019.
Sementara itu, Budayawan Majalengka, Rachmat Iskandar, memaparkan tiga hal yang menjadi rasa penasaran warnga setempat, yakni soal sebutan Depok Wijayakusumah karem di sana disebut Pemakaman Embah Wijayakusumah serta Dendadiningrat.
Baca Juga: Viral Pelecehan terhadap Perempuan Sedang Sholat, Pelakunya Ditangkap
Menurutnya, kata depok secara harfiah adalah duduk antara sila dan emok. Jadi orang sunda masa lalu padepokan itu sebuah sanggar silat atau penca.
Didalam penca sunda dikenal dengan jurus depok yaitu dari duduk ke berdiri sudah jadi kuda kuda. Kata depok itu berarti perguruan silat yang kemudian menadi padepokan.
Sedangkan wijayakusumaha alah sejenis bunga yang dipercayai kaum Uphanisada sebagai bunga yang mampu mengobati orang sakit, bahkan orang matipun konon bisa hidup kembali.