Resmi Dilantik, Presiden Joe Biden Hadapi 4 Krisis Utama dan Bersumpah Akhiri 'Perang Tak Beradab'

21 Januari 2021, 10:00 WIB
Joe Biden /Twitter @JoeBiden

PORTAL MAJALENGKA-Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden resmi dilantik pada Rabu, Sambil meletakkan tangan di atas Alkitab warisan keluarganya selama lebih dari seabad, Biden mengambil sumpah jabatan yang dilakukan oleh Ketua Mahkamah Agung AS John Roberts.

Dalam kesempatan tersebut Biden bersumpah untuk mengakhiri 'perang tak beradab' di negaranya yang terguncang ekonomi dan pandemi Virus Corona.

Baca Juga: Kepala BNPB: Gempa Berskala Besar di Sulbar Telah Diingatkan Sejak 2019

"Melalui cobaan selama berabad-abad, Amerika telah diuji lagi, dan Amerika telah bangkit menghadapi tantangan," kata Biden saat menyampaikan pidato pelantikannya, dilansir dari Antara.

Dalam sejarahnya Joe Biden menjadi Presiden AS tertua, yang dilantik dalam upacara berskala kecil di Washington.

Kepemimpinan Biden menghadapi empat krisis utama, yaitu pandemi, ekonomi, perubahan iklim, serta ketidaksetaraan rasial. dia berjanji segera melakukan tindakan termasuk serangkaian perintah eksekutif pada hari pertamanya menjabat sebagai Presiden AS.

Baca Juga: Waspada, Gunung Merapi Kembali Keluarkan Awan Panas Guguran hingga 11 Kali

Dalam pidatonya Biden menyerukan nada damai dan meminta warga AS yang tidak memilihnya untuk memberinya kesempatan menjadi presiden mereka juga.

"Untuk mengatasi tantangan ini, untuk memulihkan jiwa, dan mengamankan masa depan, Amerika membutuhkan lebih dari sekadar kata-kata. Ini membutuhkan hal yang paling sulit dipahami dari semua hal dalam demokrasi: persatuan," kata Biden.

"Kita harus mengakhiri perang tidak beradab yang mempertemukan warna merah dengan biru, pedesaan versus perkotaan, konservatif versus liberal. Kita bisa melakukan ini---jika kita membuka jiwa kita alih-alih mengeraskan hati kita," katanya lagi.

Baca Juga: Reaksi Pascavaksinasi Hanya Pegal, Lapar, dan Ngantuk

Upacara di depan Capitol AS pada rabu dijaga ketat, di mana para pendukung Trump menyerbu gedung itu dua minggu lalu, marah dengan mengklaim pemilu diwarnai kecurangan. Peristiwa tersebut mendorong Dewan Perwakilan Rakyat AS yang dikendalikan Partai Demokrat untuk memakzulkan Trump minggu lalu, untuk yang kedua kalinya.

Ribuan pasukan Garda Nasional dikerahkan ke Washington setelah pengepungan, yang menewaskan lima orang dan memaksa anggota parlemen bersembunyi.

Alih-alih dipenuhi kerumunan pendukung, National Mall pada Rabu ditutupi oleh hampir 200 ribu bendera dan 56 pilar cahaya yang dimaksudkan untuk mewakili orang-orang dari negara bagian dan teritori AS.

Baca Juga: Jalani Uji Kelayakan dan Kepatutan, Ini 8 Komitmen Calon Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo

"Di sini kami berdiri, hanya beberapa hari setelah gerombolan massa berpikir mereka dapat menggunakan kekerasan untuk membungkam keinginan rakyat, menghentikan pekerjaan demokrasi kami, untuk mengusir kami dari tanah suci ini," kata Biden.

"Itu tidak terjadi; itu tidak akan pernah terjadi. Tidak hari ini, tidak besok, tidak selamanya," Biden menegaskan pula.***

Editor: Husain Ali

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler