Menjaga Marwah Ulama (Tanggapan terhadap Tulisan Yahya Ansori; Hasil Musda Indramayu)

- 29 Desember 2020, 06:51 WIB
Dr H Masduki Duryat MPdI
Dr H Masduki Duryat MPdI /

Dalam konteks Indramayu kita mencoba menyatukan kembali sekat-sekat persaudaraan yang sempat ‘terkoyak’ sebagai konsekuensi logis dari Pilkada yang belum lama dilaksanakan.

Melalui shilaturrahim; shilat, sesuatu yang berserak kita satukan kembali dengan dasar al-Rahim, kasih sayang. Komunikasi yang intens dengan tanpa ada kepura-puraan, split personality.

Baca Juga: Simak, Ini Bahaya Penggunaan Minyak Jelantah secara Berulang

Hal ini menuntut untuk lebih serius lagi dalam merumuskan program kegiatan MUI, dengan mengesampingkan ego pribadi, golongan, dan nuansa sekterian lainnya.

Tetapi kita ingin tetap menjaga marwah ulama, penjaga moral yang selalu siap untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar.

Dengan terus berusaha menebar kasih sayang ajaran sang Nabi yang mulia Muhammad SAW., yang oleh DR. Syafii Antonio menyebut ajarannya berdimensi rahmatan li al-‘alamin, universal, accepted dan proven.

Baca Juga: 10 Bulan Pandemi Covid-19, Pemerintah Terus Kerja Keras dan Upayakan Pengadaan Vaksin

Hubungan NU dan MUI tidak harmonis?

Yahya Ansori menulis selama beberapa tahun hubungan NU dan MUI kurang harmonis. Saya tidak paham analisis ini dari mana asalnya, padahal sejauh pengamatan saya pengurus MUI adalah kumpulan para ulama dan harus jujur diakui nota-bene komposisi kepengurusan lebih banyak dari kalangan ulama NU dibandingkan dengan ormas keagamaan lainnya.

Kultur, program dan pendekatan kegiatan lebih banyak diwarnai oleh ulama-ulama dari kalangan NU, sebut saja misalnya program  unggulan MUI Kab. Indramayu salah satunya ba’tsul masail yang dilakukan secara konsisten 3  (tiga) bulan sekali adalah kultur NU yang terus dilestarikan, belum lagi program lainnya.

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah