Menanti  Nakhoda Baru Indramayu

9 Januari 2021, 06:00 WIB
Dr H Masduki Duryat MPdI /

Oleh: Masduki Duyat*)

Indramayu berganti kepemimpinan yang baru berdasarkan hasil Pilkada serentak tanggal 9 Desember 2020.

Hasil rapat pleno KPU Indramayu pasangan ibu Nina Da’i Bachtiar-Lucky Hakim mendapat suara 313.768 atau 38,6 persen, disusul pasangan Daniel Muttaqien-Taufik Hidayat yang mendapatkan suara 243.151 atau 28,4 persen kemudian Mohamad Solihin-Ratnawati memperoleh suara 223.247 atau 26,1 persen dan terakhir pasangan Toto Sucartono-Deis Handika yang hanya mendapatkan suara 73.494 atau 8,6 persen.

Pasangan Ibu Nina-Lucky merupakan calon bupati dan wakil yang diusung empat partai politik, yakni PDIP, Gerindra, Nasdem dan Perindo.

Baca Juga: Kemenkes Gandeng KPK Awasi Proses Vaksin Covid-19

Gelaran kontestasi Pilkada sudah selesai yang menguras energi, emosi serta sejumlah kapital bahkan sempat ‘mengoyak’ kebersaudaraan sebagai warga Indramayu.

Setelah dinyatakan sebagai pemenang, maka sebuah pengakuan harus dideklarasikan dengan komitmen yang sama adalah pemimpin kita, bupati dan wakil bupati Indramayu.

Sebaliknya pemimpin juga ‘merangkul’ semua—tanpa terkecuali—dengan melupakan sekat-sekat politik dan kepentingan, serta persaudaraan yang sempat terserak, disatukan kembali bahwa semuanya adalah masyarakat Indramayu.

Baca Juga: Kronologi 6 Laskar FPI Tewas Versi Komnas HAM, Ada Info Pembersihan Darah

Pada pidato kemenangannya, ibu Nina mengatakan,”Ini adalah keberkahan dari Tuhan. Ini adalah skenario langit. Kalau Allah sudah menghendaki kun fayakun, apa yang terjadi maka terjadilah.

Semua ini adalah doa dari masyarakat Indramayu yang menghendaki perubahan, yang ingin Indramayu maju dan lebih berkembang”.

Bermartabat

Menang dalam Pilkada Indramayu, pasangan ibu Nina Agustina Da’I Bachtiar-Lucky Hakim bertekad menjadikan Indramayu Bermartabat; Bersih, Religius, Maju, Adil, Makmur dan Hebat.

Baca Juga: Perang Lawan Covid-19, Menristek-Menkes Bentuk Tim Penelitian Virus

Setelah dilantik, ibu Nina-Lucky akan segera melakukan pembenahan di berbagai sektor di antaranya pertanian—Indramayu sebagai lumbung padi nasional—secara maksimal.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya melakukan perombakan birokrasi yang mengacu pada standar kompetensi dan profesionalisme.

Ke depan, kata ibu Nina Indramayu harus lebih baik lagi, dari pengelolaan daerah melalui program-program pemerintah daerahnya juga SDM masyarakatnya yang bermartabat.

Baca Juga: Kasus Kematian Laskar FPI Disebut Terdapat Pelanggaran HAM, Begini Tanggapan Polri

Tujuh misi akan ‘dibumikan’ sebagai implementasi dari visinya penataan mulia dan jaya untuk Indramayu; Pertama, mewujudkan tata kelola pemerintahan yang melayani, melindungi, bersih, bebas korupsi, kolusi, nepotisme, transparan, akuntabel, profesional, dan demokratis; 

Kedua, peningkatan pelayanan kehidupan beragama, kepercayaan, pemahaman, dan pengamalan agama, serta kerukunan hidup antarummat beragama dan budaya dalam bingkai kebangsaan bhinneka tunggal ika;

Ketiga, terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, dan papan dalam jumlah kualitas yang memadai dan merata; Keempat, meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang layak sebagai upaya penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan sumber daya sehingga mampu berdikari;

Baca Juga: 5 Nama Jenderal Bintang Tiga Calon Kapolri Sudah di Meja Presiden Jokowi

Kelima, peningkatan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan pertumbuhan ekonomi; Keenam; peningkatan pelaksanaan pembangunan di segala bidang sehingga terpenuhinya kebutuhan masyarakat secara adil dan merata;

Ketujuh, mewujudkan Indramayu sebagai daerah yang unggul dan memiliki daya saing melalui kemandirian ekonomi berbasis sumber daya alam dan pengembangan industri pertanian, perikanan dan migas.

Dengan ‘mengambil berkah’ asma al-husna, terdapat 99 program prioritas utama program utama pasangan ibu Nina-Lucky yang akan dilaksanakan berkejaran dengan waktu yang hanya dibatasi selama 5 (lima) tahun masa baktinya.

Baca Juga: 5 Nama Jenderal Bintang Tiga Calon Kapolri Sudah di Meja Presiden Jokowi

Bupati yang Memimpin

Dengan melihat visi dan misi di atas, agaknya sangat berat tugas seorang bupati dan wakilnya, apalagi dibatasi oleh waktu yang hanya lima tahun saja.

Sehingga diperlukan seorang bupati yang memimpin, kalau hanya menjadi seorang bupati semua orang bisa melakukannya. Karena jabatan bupati tugas, pokok dan fungsinya sudah ditentukan, tetapi bagaimana di samping ia seorang bupati juga sebagai seorang pemimpin.

Seorang pemimpin bekerja tidak terjebak pada rutinitas, tetapi ia akan berimprovisasi, bekerja ‘out of the box’, sebab kelihatannya problem daerah hampir sama—rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan—maka diperlukan seorang bupati yang mampu menarasikan program-program pembangunan kepada masyarakat dengan komunikasi yang efektif.

Baca Juga: Kasus Kematian Laskar FPI Dinilai Melanggar HAM, Harus Diproses di Pengadilan Pidana

Bukan asumsinya bupati datang hanya untuk bagi-bagi duit, di sini pentingnya kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.

Dengan mengutip pandangan Imam Ghazali, masyarakat rusak karena pemimpinnya; pemimpin rusak karena pemimpin agamanya diam.

Dalam kitab Injil disebutkan, “tidak boleh orang buta menuntun orang buta”, artinya pemimpin akan menjadi contoh, uswah hasanah, prototype dalam bertindak, berpikir dan berbuat, berkorban di garda paling depan.

Baca Juga: Pernyataan Gisel Bikin Terharu: Sekali Lagi Saya Mohon Maaf...

Tidak ada yang tidak mungkin, akan muncul pemimpin yang holistic, accepted, dan proven. Holistic, pemimpin yang mampu mengembangkan leadership dalam berbagai bidang; tatanan masyarakat yang harmonis, menata sistem politik yang bermartabat, sistem pendidikan yang bermoral dan mencerahkan, dan sistem hukum yang berkeadilan.

Accepted, diakui kepemimpinannya dengan merangkul semua rakyatnya—baik yang memilihnya atau tidak—membangun untuk semua rakyatnya. Proven, apa yang dilakukannya relevan dan berselancar dengan kondisi kekinian dengan berpacu menjadi daerah yang berdaya saing.

Dengan meminjam bahasa Adlan Da’i, membangun SDM sangat urgen. Keberhasilan dalam pembangunan infastruktur itu tidak layak dibanggakan, kalau tidak diberangi dengan membangun SDM. Adlan sangat ekstrim, “Kalau hanya membangun fisik Firaun juga bisa; Fir’aun itu hanya dua kesalahannya; Pertama, mengaku sebagai Tuhan;  Kedua, Politik; menginjak hak politik orang lain. Atau pada konteks Pak Harto; kesalahannya hanya menginjak hak-hak politik orang lain; tetapi beliau sudah membangun SD Inpres, Puskesmas, ekonomi  sampai ke-desa-desa. (ini sudah diteliti oleh orang lain sampai mendapat hadiah Nobel).

Baca Juga: Kabar Baik, Tarif Listrik Januari-Maret Dipastikan Tak Naik

Tiga hal ini dianggap mampu merubah mindset masyarakat Indonesai sampai kemudian bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi dan itu dimulai dari SD Inpres.”

Selamat Datang Nakhoda Baru

Dalam setiap kompetisi, kontestasi pasti ada yang menang dan yang kalah. Demikian pula pada Pilkada serentak 9 Desember 2020 yang lalu di Indramayu. Sehingga diperlukan sikap lapang dada, legowo untuk siap menang atau kalah.

Selamat datang dan tahniah pemimpin baru di Indramayu, pasangan ibu Nina Agustina Da’I Bachtiar-Lucky Hakim.

Pemimpin baru yang telah dipercaya oleh rakyat, ini sekaligus juga memiliki makna pemimpin akan berdiri di garda terdepan untuk maju dan mundurnya pembangunan daerah. Tentu, siapapun yang menjadi pemimpin, ia akan mengeluarkan pengorbanan, kerja keras, pemikiran, dan pengabdian yang paling besar dibanding dengan para pengikut dan orang-orang yang berada di bawahnya.

Baca Juga: Dicecar 49 Pertanyaan, Gisel Tidak Ditahan, Alasan Polisi Begini

Pilkada telah mengajarkan kepada kita pada tiga hal; Pertama, sebagai pendidikan politik; Kedua, sirkulasi elite politik; dan Ketiga, sebagai syarat legitimasi produk politik.

Sebuah harapan kepada pemimpin baru untuk bisa bertransformasi bersama rakyatnya. Karena, bagaimanapun pemimpin merupakan sosok yang sangat penting dan memiliki daya pengaruh  dalam upaya memajukan suatu daerah.

Harus bernyali, berjiwa pemberani dan dengan meminjam istilah Prof. Rhenald Kasali tidak boleh hanya diam duduk manis dalam zona nyaman di tengah berbagai gemuruh dan tantangan pembangunan.

Baca Juga: Rekor Baru, Kasus Harian Covid-19 Tembus 10.617

Masuk era disruption, menghadapi lawan-lawan tak kelihatan, pemenangnya adalah orang-orang yang mempersiapkan diri termasuk para pemimpinnya dengan serius. Sangat diperlukan juga di era keterbukaan sekarang, seorang pemimpin inklusif, terbuka.

Kepekaan terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar adalah sebuah buktinya, di samping juga tetap menjaga sikap humanis dengan menjadikan rakyat sebagai subyek pembangunan, bukan sebagai obyek.

Setidaknya, dengan meminjam bahasa Steve Jobs hati rakyat dibuat selalu ‘bernyanyi’. Bernyanyi dalam definisi rakyat dibahagiakan, disejahterakan dan dicerdaskan oleh pemimpinnya.

Baca Juga: Fakta Terbaru Kronologi Kematian 6 Laskar FPI versi Komnas HAM

Sekali lagi, selamat datang ibu Nina-Lucky pemimpin baru Indramayu, selamat bekerja untuk lima tahun ke depan. Kami, rakyat Indramayu tidak mau duduk manis tetapi dengan narasi dan komunikasi yang efektif dilibatkan dalam pembangunan di Indramayu.

Wallahu a’lam bi al-shawab

*)Penulis adalah Dosen IAIN Syekh Nurjati Cirebon dan Tinggal di Kandanghaur Indramayu

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler