Kapitalisme : Lahirkan Kemiskinan dan Kesengsaraan bagi Rakyat

5 Januari 2021, 18:00 WIB
Ilustrasi Demokrasi /

Oleh : Nuni Toid
Pegiat Literasi dan Alumni Branding for Writer

Demokrasi hanya mampu melahirkan kemiskinan dan kesengsaraan bagi rakyat. Tidak ada kebahagiaan dan kesejahteraan yang mereka rasakan. Hanya masalah demi masalah yang selalu menimpanya.

Seperti belum lama ini, di penghujung tahun 2020 telah terjadi lagi kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu karena kelaparan dan stres akibat sistem yang diberlakukan di negeri ini.

Ada sebuah kejadian seorang ibu berinisial MT (30) tega membunuh tiga anak kandungnya sendiri yang masih balita. Ketiganya diketahui berinisial YL (5), SL (4), dan DL (2).

Baca Juga: Otorisasi Penggunaan Darurat atau EUA untuk Vaksin Sinovac Masih Proses

Usai membunuh ketiganya sang ibu berusaha melakukan upaya bunuh diri dengan menggorok lehernya sendiri dengan parang. Kasus pembunuhan sadis ini terjadi di Dusun 2, Desa Banua Sibohou, Kecamatan Namohalu Esiwa, Kabupaten Nias Utara, Sumatera Utara.

Hal yang sama juga terjadi di daerah Lebak, Banten. Seorang ibu berinisial LH tega menghabisi nyawa salah satu anak kembarnya KS (8) karena susah belajar online. 

Malang nian nasib anak-anak yang tak berdosa ini. Mereka menjadi tumbal atas kerasnya hidup pada saat ini. Masa anak-anak yang seharusnya dapat dinikmati dengan penuh ceria. Kini mereka harus meregang nyawa di tangan ibu kandungnya sendiri.

Baca Juga: Sampah Menumpuk di Pinggir Jalan Jatitujuh, Pemerintah Diminta Tegas

Peristiwa kasus pembunuhan tersebut dilakukan di saat sang suami sedang pergi untuk memberikan hak suaranya dalam memilih kepemimpinan yang baru, dengan harapan ada perubahan yang akan terjadi nanti. Namun harapan itu hanyalah sebuah harapan. Justru dia kini harus kehilangan ketiga buah hatinya yang tewas di tangan istrinya.

Sungguh ironis. Negeri yang selalu bergonti-ganti pemimpin ini namun justru selalu saja tidak mampu memberikan perubahan yang baik bagi rakyatnya. Sebaliknya pergantian pemimpin hanyalah menambah masalah demi masalah saja.

Bagaimana tidak, hal itu telah merubah seorang ibu yang sejatinya adalah sosok wanita yang penuh kelembutan, kasih sayang, dan sangat mencintai keluarganya.

Baca Juga: Sebanyak 41.633 Petani di Kabupaten Bogor Peroleh Kartu Tani

Ia rela berkorban apa saja demi anak-anaknya. Sehingga sangat benar jika ada ungkapan "Kasih sayang ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah." Begitulah limpahan cinta ibu yang tak ternilai luasnya.

Namun kenyataannya kini sosok ibu seolah berubah menjadi monster yang menakutkan. Hatinya menjadi keras dan kaku. Lenyap perasaan cinta dan kelembutan kepada buah hatinya. Semua itu terjadi karena kerasnya kehidupan yang harus mereka hadapi.

Hal itulah yang menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya kasus pembunuhan yang dilakukan oleh para orangtua, khususnya ibu karena himpitan ekonomi.

Baca Juga: Jika Pilkada Serentak Dimajukan ke 2022, KPUD Majalengka Sudah Anggarkan Rp121 Miliar

Seperti susahnya mencari pekerjaan, persaingan dunia kerja, tidak mempunyai keahlian khusus, dan rendahnya tingkat pendidikan. Ditambah saat ini pandemi belum berakhir. Rakyat dituntut untuk selalu di rumah, sedangkan dapur harus selalu nyala, anak-anak memerlukan makanan dan minuman yang sehat dan bergizi.

Sedangkan harga-harga kebutuhan semakin mahal. Bansos yang disediakan pemerintah juga tidak seutuhnya dapat dinikmati oleh rakyat. Malah tega dikurangi oleh pejabat negeri. Lalu siapakah yang salah, mengapa harus rakyat yang menjadi korban?

Semua itu karena sistem yang diadopsi negeri ini adalah sistem yang batil, yaitu sistem kapitalisme-demokrasi yang konon hak tertinggi ada di tangan rakyat.

Baca Juga: KPUD Majalengka Gelar Open Recruitment Tenaga Pendukung

Dengan slogan kerennya dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitupun dengan jargonnya yang setiap lima tahun sekali diadakan pesta demokrasi dengan menelan biaya yang tidak sedikit. Rakyat disuguhkan pemandangan yang indah pada awalnya. Diiming-imingi janji manis. Namun pada faktanya pahit yang dirasakan.

Karena walaupun telah bergonta-ganti pemimpin dalam negeri ini, tetap saja rakyat yang menjadi korban atas sistem ini. Bukan kebahagiaan dan kesejahteraan yang didapatkan. Namun penderitaan dan kesengsaraan yang semakin dirasakan oleh rakyat.

Jelas sistem ini telah gagal menjadi penanggung jawab pemenuhan semua kebutuhan dan dalam melindungi rakyat. Mengapa?

Baca Juga: Data Penerima Vaksin Hanya Digunakan untuk Penanganan Covid-19

Sistem kapitalisme adalah sebuah sistem yang berorientasi pada keuntungan semata. Bukan pada pemenuhan kebutuhan rakyat.

Siapa yang memberikan jaminan modal terbesar maka dialah yang berhak mendapatkan pelayanan spesial. Maka dalam hal ini para kapitalislah yang diuntungkan.

Sistem ini juga berupaya untuk menjauhkan peran agama dalam kehidupan termasuk ranah perpolitikan. Aturan agama tidak punya kewenangan sama sekali dalam mengambil keputusan atau kebijakan.

Baca Juga: Jadi Distributor Bansos Kemensos, KPK Telusuri PT Tigapilar Agro Utama

Negara pun membiarkan rakyatnya hidup jauh dari aturan agama yang dianutnya. Akibatnya banyak rakyat di negeri ini yang lemah akidahnya, hingga semakin tergerus keimanan di hati mereka.

Begitulah sistem ini hanya mampu melahirkan penderitaan dan kesengsaraan yang terus-menerus menimpa rakyat. Sedangkan kebahagiaan dan kesenangan hanya milik penguasa dan para pemilik modal.

Berbeda dengan sistem Islam. Islam adalah agama yang benar yang bersumber langsung dari Allah Swt. Islam bukan sekedar agama biasa, tetapi sebuah sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk masalah ekonomi dan pendidikan.

Baca Juga: Airlangga Hartarto Pastikan Vaksinasi Covid-19 Dimulai Pekan Depan

Dalam Islam, yaitu negara telah memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan dengan menetapkan kewajiban mencari nafkah ada pada para suami, bukan kepada para istri. Sehingga wanita tidak perlu bekerja ke luar rumah dengan menghadapi risiko sebagaimana yang terjadi dalam sistem kapitalisme.

Bahkan negara Islam akan memfasilitasi para suami untuk mendapatkan kemudahan mencari nafkah. Negara juga akan menindak dengan tegas kepada mereka bila lalai dan malas dalam memenuhi kewajibannya untuk bekerja.

Negara pun mewajibkan kepada para wali wanita untuk memberikan nafkah, bila suami tidak ada (meninggal dunia). Jika semua pihak sudah tidak ada atau tidak mampu, maka jalur pemenuhan nafkah menjadi kewajiban negara.

Baca Juga: Muncul Cahaya di Gunung Merapi Diduga Api Diam, Begini Penjelasan BPPTKG

Dalam hal pendidikan, negara wajib memberikan pelayanan dengan gratis kepada semua individu tanpa terkecuali. Sebab pendidikan adalah salah satu kebutuhan pokok setiap rakyatnya.

Apatah lagi dalam kondisi pandemi saat ini. Kebijakan yang dibuat negara seperti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akan sangat diprioritaskan.

Negara akan memberikan pelayanan yang optimal kepada para orangtua untuk kelancaran belajar sistem online ini. Antara siswa, orangtua dan guru akan terjalin komunikasi yang baik dalam memberikan kelancaran dan kenyamanan belajar.

Baca Juga: Bupati Garut Minta Waspadai Orang Positif Covid-19 Tanpa Gejala Berkeliaran

Negara pun memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh para orangtua. Seperti pengadaan smartphone untuk memastikan setiap siswa bisa belajar via online. Tentu dengan memenuhi pulsa, kuota, dan memastikan jaringan internet yang kondusif. Semua akan dipenuhi oleh negara.

Di samping itu negara siap mengawal dan memberikan evaluasi dalam setiap pembelajaran yang berlangsung.

Inilah sistem yang terbaik yang pernah memimpin dunia selama hampir 14 abad lamanya. Sistem Islam yang telah terbukti mampu memberikan jaminan dalam pemenuhan semua kebutuhan kepada seluruh umat manusia. Sehingga rakyat benar-benar merasakan kebahagiaan dan kesejahteraan secara hakiki.

Baca Juga: Diperiksa 11 Jam, Nobu Menyesal dan Minta Maaf Terkait Skandal Video Asusila Dirinya dengan Gisel

Maka, sudah saatnya kita menerapkan syariah Islam dalam setiap lini kehidupan.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler