ERA EMAS Sunan Gunung Jati Berdakwah Islam di Cirebon Wilayah Kekuasaan Prabu Siliwangi

2 Juni 2022, 11:30 WIB
Ilustrasi. Sunan Gunung Jati dan Prabu Siliwangi /Kolase

PORTAL MAJALENGKA - Era Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan gelar Sunan Gunung Jati, dapat dikatakan sebagai era keemasan (Golden Age) perkembangan Islam di Cirebon.

Sebelum Syarif Hidayatullah, Cirebon yang dipimpin oleh Pangeran Cakrabuana (1447-1479) merupakan rintisan pemerintahan berdasarkan asas Islam, dan setelah Syarif Hidayatullah, pengaruh para penguasa Cirebon masih berlindung di balik kebesaran nama Syarif Hidayatullah.

Salah satu di antara kontribusi Syarif Hidayatullah adalah bahwa ia menjadi salah seorang dewan Walisongo di Jawa.

Baca Juga: PUSAKA Sakti Milik Sunan Gunung Jati Keris Sanghyang Naga Warisi Kesaktian Prabu Siliwangi

Syarif Hidayatullah mendapatkan tugas berdakwah di Cirebon (Jawa Barat), Banten, dan Sunda Kelapa (Jakarta).

Dimana wilayah tersebut merupakan wilayah kekuasaan Prabu Siliwangi pada masa Kerajaan Padjajaran.

Prabu Siliwangi ternyata merupakan Kakek Sunan Gunung Jati jalur ibundanya Nyari Rara Santang.

Baca Juga: Keramat Sunan Bonang Ubah Buah Aren Jadi Emas, Kisah Taubat Sunan Kalijaga hingga Jadi Walisongo

Tugas itu dirumuskan sebagai berikut; “Kanjeng Susuhunan ing Gunung jati ing Cirebon, amewahi donga hakaliyan mantra, utawi parasat miwah jajampi utawi amewahi dadamelipun tiyang babad wana”.

Terjemahan (Sunan Gunung Jati di Cirebon mengajarkan tata cara berdoa dan membaca matera, tata cara pengobatan, serta tata cara membuka hutan).

Perbedaan lain dengan para Walisongo ialah bahwa Syarif Hidayatullah selain sebagai ulama juga umara, yaitu Sultan di Cirebon.

Baca Juga: Cianjur Kota Tersibuk Karesidenan Priangan, Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels (Bagian 9)

Berbagai bukti kejayaan kepemimpinannya antara lain Masjid Merah Panjunan (+ 1480) dan masjid Agung Sang Cipta Rasa (1500).

Sejalan dengan bukti tersebut, pemikir Aljazair, Malik Bin Nabi (1905-1973) dalam Syuruth al-Nahdlah, berpendapat bahwa suatu peradaban muslim tidak dapat bangkit kecuali dengan akidah keagamaan.

Dalam konteks itulah Syarif Hidayatullah membangun peradaban muslim di Cirebon.

Baca Juga: Menuju Puncak Pass, Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels (Bagian 8)

Selaras dengan itu, peradaban Islam pada periode tersebut telah melahirkan berbagai tokoh pemikirnya, antara lain Sadr al-Din al-Syirazi (w. 1497), Abu al-Ma’ali al-Maqdisi (w. 1499), Jalal al-Din al-Suyuti (w. 1505), Al-Qarafi (1533-1600), Abd al-Wahhab al-Sya’rani/al-Sya’rawi (w. 1565), dan Abd al-Rahman Jami (w. 1492).

Disclaimer : Portal Majalengka hanya sekadar menfinformasikan bagi pembaca dari berbagai sumber.***

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler