Baca Juga: KPU Tetapkan Partai Ummat sebagai Peserta Pemilu 2024 Nomor Urut 24
Namun kekecewaan Pele karena cedera yang membatasi penampilannya di Chile tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kekecewaan yang dia alami di Inggris.
Kejadian tersebut terjadi pada 1966 yang tanpa perlindungan wasit. Dia habis-habisan dikasari pemain-pemain lawan sampai terpaksa tak bisa melanjutkan kiprahnya.
Dia dikasari secara brutal oleh tim pertahanan Bulgaria pada laga pertama hingga terpaksa absen dalam pertandingan kedua. Penderitaannya mencapai puncaknya saat melawan Portugal dalam laga berikutnya.
Baca Juga: PPKM Dicabut, Jokowi: Sudah Tidak Ada Lagi Pembatasan Namun Tetap Waspada
Dua ganjalan keras Joao Morais membuat Pele menangis untuk dibawa keluar meninggalkan Goodison Park di Liverpool. Pele bahkan sempat bersumpah tidak akan pernah bermain lagi dalam Piala Dunia.
"Saya tidak mau mengakhiri hidup saya sebagai orang cacat," kata Pele kala itu.
Syukurlah, sumpah Pele itu tak terlaksana. Empat tahun kemudian dia bermain lagi dalam Piala Dunia Meksiko untuk memimpin apa yang dianggap sebagai tim terhebat sepanjang masa.
Baca Juga: Ridwan Kamil Resmikan Masjid Raya Al Jabbar, Berharap Usai Ibadah Jemaah Juga Mendapat Ilmu Sejarah
Kalau Piala Dunia 1966 dianggap sebagai kemenangan untuk sinisme, maka Piala Dunia 1970 dianggap sebagai sumbangsih terbesar Pele untuk Brazil. Membuat Brazil sinonim dengan permainan yang indah.