Hilangnya Kerajaan Dalam Sehari Menjadi Asal-usul Situ Sangiang di Majalengka

15 November 2022, 16:37 WIB
Situ Sangiang dipercaya masyarakat sebagai kerajaan Talaga Manggung yang hilang dalam semalam. /Portal Majalengka/

PORTAL MAJALENGKA - Kabupaten Majalengka kini disorot karena memiliki banyak wisata alam yang sangat menarik.

Salah satunya adalah Situ Sangiang. Jika masuk ke lokasi tersebut, maka akan ada banyak orang yang menawarkan buku terkait asal-usul situ ini.

Asal-usul situ Sangiang atau telaga yang penuh ikan besar ini berkaitan dengan sebuah kerajaan yang ada di Majalengka kala itu.

Baca Juga: Ikan Situ Sangiang Konon Jelmaan Prajurit-prajurit Kerajaan Talaga Manggung

Dilansir dari Jurnal Diglosia tentang Cerita Rakyat Majalengka (2021:18), kerajaan hilang dalam sehari saja dan menjelma menjadi situ Sangiang.

Dikisahkan pada zaman dahulu di bawah kepemimpinan kerajaan Pajajaran, Majalengka memiliki sebuah kerajaan bernama Talaga Manggung.

Talaga Manggung ini dipimpin oleh seorang raja bernama Sunan Talaga Manggung. Sunan Talaga Manggung masih keturunan dari Prabu Siliwangi penguasa Padjajaran.

Raden Panglurah dan Ratu Simbar Kencana adalah anak dari Sunan Talaga Manggung yang telah dewasa.

Baca Juga: Munjul dan Penyerangan Pasukan Mataram ke Batavia

Dikisahkan bahwa Raden Panglurah merupakan orang yang lekat dengan ajaran, sehingga tidak jarang dia melakukan tapa di gunung Bitung.

Gunung Bitung sendiri berada di sebelah selatan kecamatan Talaga, Kabupaten Majalengka.

Sedangkan Ratu Simbar Kencana telah menikah dengan Palembang Gunung yang dipercaya oleh Sunan Talaga Manggung untuk menduduki jabatan sebagai Patih di kerajaannya.

Namun Palembang Gunung ternyata haus akan kekuasaan sehingga dia ingin merebut tahta dari mertuanya itu.

Baca Juga: Orang Ini Dianggap Sakti oleh Pasukan Mataram dan Menjadi Asal-usul Sebuah Desa di Majalengka

Sunan Talaga Manggung juga merupakan seorang yang ahli dalam bidang kanuragan, sehingga tak mudah untuk menaklukannya.

Tak habis akal, Palembang Gunung mencari ahli spiritual untuk dapat melemahkan dan menaklukan Sunan Talaga Manggung.

Bertemulah dia dengan Citra Singa, seorang ahli spiritual yang cukup mumpuni dan sanggup memberikan keterangan kepada Palembang Gunung.

"Raja tidak bisa dibunuh wahai Palembang Gunung! Tidak ada senjata yang mampu merobek kulitnya apalagi sampai membuat dia terbunuh," ucap Citra Singa.

"Lantas bagaimana aku akan menaklukannya?" tanya Palembang Gunung sedikit putus asa.

Baca Juga: Asal-usul Kelurahan Cicenang yang Berada di Majalengka Berkaitan Dengan Pasukan Mataram

"Hahaha... Itulah yang kau tak tahu! ada satu senjata yang ampuh dan dapat membawa raja pada kematian, itu adalah tombak pusaka yang menemaninya saat ia lahir," jawab Citra Singa.

"Lalu dimanakah letak tombak pusaka sakti itu?" tanya Palembang Gunung dengan wajah berseri.

"Yang mengetahui hanya seorang kepercayaan raja bernama Centang Barang dan Raja sendiri" jawab Citra Singa.

Palembang Gunung akhirnya pulang dan mulai membujuk Centang Barang untuk bersedia mengambil tombak pusaka dan membunuh sang raja.

Dengan pangkat yang tak begitu tinggi serta diberi iming-iming oleh Palembang Gunung, ia pun bersedia melakukannya.

Baca Juga: Asal-usul Kerajaan Mataram dan Profil 10 Raja Penguasanya

Suatu hari saat pagi buta, raja berjalan menuju jamban, Centang Barang dengan tenangnya mengambil pusaka tombak sakti yang selalu disimpan raja.

Selepas Sunan Talaga Manggung keluar dari kamar mandi, Centang Barang menikam pinggang sisi kiri Raja sampai darah bercucuran.

Centang Barang dikejar oleh para prajurit kerajaan untuk diserahkan kepada raja. Namun raja menghentikan pengejaran tersebut dengan berkata bahwa tanpa dikejar, Centang Barang akan mendapat balasannya.

Kemudian Raja pun mengetahui bahwa peristiwa ini adalah perintah dari menantunya sendiri.

"Wahai para prajurit setiaku, sebanyak 40 orang berangkatlah ke tempat pertapaan anakku, dan sisanya di sini untuk kuberikan pilihan," Raja berkata kepada para prajuritnya.

Baca Juga: RIWAYAT PERTEMUAN Nur Muhammad dengan 4 Unsur Alam sebelum Penciptaan Nabi Adam AS

"Jika kalian ingin ikut denganku maka ikutlah, tapi jika kalian ingin ikut bersama menantuku juga ku bebaskan," lanjut Sunan Talaga Manggung.

Namun rupanya para prajurit setia kepada raja. Selepas 40 orang yang diperintah raja berangkat menyusul Raden Panglurah, raja menghilangkan kerajaannya menjadi sebuah telaga.

Bersamaan dengan itu raja pun moksa dengan para prajurit setianya. Sebagian masyarakat meyakini bahwa para prajurit berubah menjadi ikan lele dan Raja meninggal.

Saat Raden Panglurah kembali, Raden Panglurah kaget karena kerajaannya sudah hilang menjadi sebuah telaga.

Raden Panglurah dengan kebesaran hatinya kembali ke pertapaannya. Sebagian masyarakat berpendapat Raden Panglurah bersama 40 orang prajurit menceburkan diri ke telaga dan menjadi ikan.

Nasib Centang Barang selepas upaya pembunuhan itu menjadi gila, sedangkan Palembang Gunung tidak dijelaskan dalam buku ini.

Baca Juga: MISTERI JATI PAREKET, Tak Mampu Ditebang Meski Pakai Alat Berat di Kertajati Majalengka

Situ Sangiang merupakan telaga yang luas dengan banyak ikan berukuran besar dan tidak boleh dimakan sekalipun ada ikan mati di telaga tersebut.

Situ Sangiang terletak di kecamatan Banjaran, atau sebelah selatan kota Majalengka menuju jalur Ciamis.

Itulah kisah hilangnya kerajaan dalam sehari dan menjadi asal-usul situ Sangiang di Majalengka. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: Jurnal Diglosia "Cerita Rakyat Majalengka" Vol.5, Unma

Tags

Terkini

Terpopuler