Menolak Lupa, Menapaki Sejarah Kebumen dan Jalan Daendels

7 September 2022, 09:00 WIB
Suasana kawasan Tugu Lawet Kebumen, Jawa Tengah . Menolak Lupa, Menapaki Sejarah Kebumen /Sudarno Ahmad Nashori/KebumenTalk

PORTAL MAJALENGKA - Penelusuran Jalan Raya Pos atau lebih dikenal Jalan Anyer Panarukan kali ini membahas sekitar Kebumen Jawa Tengah.

Jalan poros yang dibangun Gubernur Jenderal Hindia Belanda Daendels itu memanjang dari ujung Barat hingga Timur Pulau Jawa.

Kota ini terlalu sayang untuk dilewatkan saat melintasi Jalan Daendels selatanKebumen menyimpan sejuta rahasia yang tak pernah atau jarang diungkap.

Baca Juga: Antara Daendels dan Pangeran Diponegoro

Di kota paling selatan Pulau Jawa ini sejarah banyak terpendam, terserak, dan terkubur seiring pengembangan daerah ini yang terus berlanjut

Pertama, Kebumen merupakan wilayah yang secara sistematis berhasil dihapus Kolonial Belanda

Panjer, nama yang disematkan hingga awal abad ke-19 tak lagi muncul di peta produk Belanda pasca 1830.

Baca Juga: Misteri dan Pesona Jalan Daendels Selatan

Ada nuansa trauma pasca-pemberontakan Diponegoro sehingga kota ini dibumihanguskan pada 1831. Peradaban baru Indies di wilayah ini dibangun Belanda pada kisaran 1851

Di sinilah Kebumen berawal,” kata Ravie saat kami mengunjungi salah satu lahan bekas pabrik zaman kolonial di Kelurahan Panjer, Kebumen.

Di sinilah sejarah pernah bercerita. Di lahan seluas lima hektare, pernah berdiri pusat Kerajaan Panjer yang sempat mengibarkan namanya dalam deret kerajaan Jawa hingga abad ke-19

Baca Juga: BAWASLU RI, Bahas Rekrutmen Panwascam untuk Pemilu 2024

Kebumen atau Panjer, kata Ravie, dahulu merupakan sebuah kerajaan/kadipaten kuno. Di dalam Babad Kadiri, katanya, disebutkan Kadipaten Panjer sebagai wilayah ramai perniagaan.

Begitu juga di zaman Majapahit, lokasi ini pernah menjadi salah satu simpul perdagangan dan bisnis beberapa kerajaan di Jawa.

Hingga pada akhirnya, Belanda membumihanguskan pendopo dan pusat pemerintahan Panjer pada 1831. 

Baca Juga: 5 Pesan Habib Luthfi bin Yahya Tentang PANCASILA DAN NASIONALISME

Menghapuskan ingatan generasi penerus, Panjer yang memiliki arti sebuah awalan, diubah namanya menjadi Keboemen.

Selanjutnya, pusat pemerintahan dipindah dan didirikan beberapa kilometer ke arah utara. Hingga akhirnya wajah Kebumen disulap menjadi pusat bisnis prestisius Hindia Belanda pada 1851

Di tanah agung bekas pusat pemerintahan, tempat kami berdiri saat itu, Belanda membangun pabrik kopra, yang konon terbesar di Nusantara.

Baca Juga: KESAKSIAN NYATA Habib Luthfi Bin Yahya Tentang Sosok Gus Muwafiq

Pabrik itu bernama Sari Nabati, yang pada pembangunan perdananya diberi nama NV Oliefabrieken Insulinde: Amsterdam - Kediri - Blitar - Keboemen

Pada kisaran 1870 seiring dibukanya swastanisasi oleh pemerintah kolonial, pabrik ini kemudian berubah menjadi Mexolie, berubah lagi menjadi Nabatiasa, dan mengikrarkan nama terakhirnya dengan nama Sari Nabati.

Pada periode itulah Kebumen bersolek dengan pembangunan stasiun kereta api, rumah sakit, dan fasilitas penunjang lainnya berupa perumahan karyawan

Baca Juga: HEAD TO HEAD AREMA FC vs PERSIB Bandung, Mana yang Lebih Hebat Berikut Prediksinya

Pabrik Sari Nabati kini telantar setelah dinyatakan tutup pada 1986. Bekas pabrik hanya menyisakan beberapa deret 

bangunan kusam yang dulu pernah merasakan kejayaannya. Perangkat pabrik banyak raib. Namun, bukan itu yang dikhawatirkan para pegiat sejarah Kebumen, termasuk Ravie.

Mereka melihat ada persoalan serius yang tengah dihadapi. Satu, dua, tiga tahun ke depan, situs bersejarah itu akan segera terhapus sepenuhnya

Baca Juga: Gedung DPR RI Dikepung Masa Aksi Tolak Kenaikan BBM, Ruang Paripurna Justru Merayakan Hari Ultah Puan Maharani

Kawasan ini akan diubah kemudian menjadi lokasi wisata terpadu, hotel, dan restoran,kata Ravie, menegaskan. Menurut dia, perubahan itu akan menggerus banyak ingatan sejarah tentang keberadaan Kebumen

Fransiskus Widodo, yang juga aktif menyuarakan protes atas lanjutan proyek di atas lahan Sari Nabati itu, juga menyayangkan rencana tersebut.

Selain lahan Panjer merupakan akar sejarah nan vital di Kebumen, di lokasi ini pula terdapat banyak ragam peninggalan sejarah kerajaan

Baca Juga: Reaksi Inul Daratista Kegirangan Arya Saloka sebagai Mas Al Balik Lagi ke Ikatan Cinta

Frans menyebut, di lokasi ini berada pemakaman kuwu Panjer, salah satu pimpinan Panjer yang memberikan kuasa penuh atas Kerajaan Demak untuk menyebarkan Islam pada abad ke-16.

Di lokasi dan halaman pabrik ini pula berdiri tempat yang diyakini sebagai tempat pertapaan Gajah Mada, pamoksan Gajah Mada, warga setempat menyebutnya.

Dan bagaimanapun juga, zaman perjuangan kemerdekaan lahan ini menjadi pusat kekuatan," kata Frans dikutip dalam Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan

Baca Juga: Reza Gunawan Suami Dee Lestari Meninggal Dunia, Melaney Ricardo Sampaikan Ucapan Duka

Kotaraja Panjer merupakan pusat kekuatan perlawanan masyarakat Jawa pada Perang Diponegoro baik sebelum maupun setelah sang pemimpin ditangkap.

Pabrik Sari Nabati, juga sempat menjadi markas Jepang pada 1942 saat menduduki Jawa. Saksi heroisme terakhir terjadi pada Agresi Militer Belanda II.

Saat itu Sari Nabati menjadi markas Ba talyon 111/64 Resimen Moekahar/Resimen XX/Kedu Selatan.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels

Tags

Terkini

Terpopuler