Menelusuri Jalan Anyer Panarukan Warisan Daendels (Bagian 1)

20 Mei 2022, 08:30 WIB
Mercusuar Anyer di Kabupaten Serang tempo dulu /KITLV 400837/Bley, G.F.J.1935

PORTAL MAJALENGKA - Anyer dikenal sebagai kawasan wisata favorit keluarga saat libur panjang tiba. Daerah di ujung barat kabupaten Serang, Provinsi Banten ini memang menyisipkan destinasi pantai yang selalu menjadi serbuan wisatawan.

Ombak yang terbilang jinak menjadi alasan pantai ini akrab dengan anak-anak. 

Anyer menjadi titik nol, awal proyek ambisius Jalan Raya Pos atau Jalan Raya Anyer Panarukan digarap. Disinilah penanda titik nol itu berada. Prasasti atau lebih dikenal tapal, merupakan titik mula Jalan Raya Anyer-Panarukan (Jawa Timur) yang terbentang sepanjang seribu kilometer. 

Baca Juga: Pertarungan Dahsyat Buaya Buntung dengan Nyimas Rara Baghdad Murid Sunan Gunung Jati

Mercusuar Anyer menjadi saksi yang tersisa. Berdasarkan wilayah administrasinya, mercusuar ini berada di Desa Cikoneng, Kecamatan Anyer, Kota Serang, Provinsi Banten. Keberadaan mercusuar setinggi 75 meter ini juga yang membuat lokasi ini dikenal dengan nama Pantai Mercusuar.

Ali Badaruddin (65 tahun), setia menjadi penjaga Mercusuar Anyer.  Memasuki bangunan tua ini, akhirnya diketahui bahwa mercusuar ini kokoh berdinding baja dengan ketebalan lebih dari sepuluh sentimeter.

Layaknya mercusuar pada umumnya, bangunannya mengerucut makin ke atas, begitu juga dengan anak tangganya. Bangunan kokoh itu berdiri dengan ketinggian 75,5 meterjika dihitung dari permukaan tanah. Ada sekitar 286 anak tangga untuk sampai ke puncaknya.

Baca Juga: Asal-usul Ramalan Joyoboyo, Ternyata Terjemah Kitab Alasror, Begini Penjelasan Kiai Said Aqil Siradj

Mercusuar terdiri atas 18 lantai dengan anak tangga yang dibuat melingkar mengelilingi bangunan. Di tiap lantai dibuat satu jendela yang sudah tak lagi bisa ditutup-buka. Di dalam mercusuar, berdiri tiang penyangga berdiameter tiga meter, menjulang ke bagian puncak.

Selain masih berfungsi sebagai mercusuar sebagaimana mestinya, mercusuar ini juga dibuka untuk umum. Dengan membayar ongkos masuk di pintu bawah, siapa pun dapat menikmati pantai Anyerdari ketinggian.

Prasasti Nol Kilometer

Meski begitu, sebenarnya bukan mercusuar inilah yang menjadi karya bersejarah buatan Daendels.

Berdasarkan catatan sejarah, mercusuar yang hingga kini masih kokoh itu merupakan mercusuar pengganti. Mercusuar aslinya tersapu gelombang laut tsunami akibat letusan Gunung Krakatau pada 1883.

Baca Juga: Serial Marvel She-Hulk: Attorney at Law Akan Tayang Kapan? Simak Jadwal Rilisnya

Maka tak mengherankan, pada mercusuar yang masih berfungsi ini tertulis tahun berdiri pada 1885. Mercusuar yang baru itu dibuat pada masa kepemimpinan raja Belanda Willem III. Pada pintu mercusuar, ada sebuah prasasti yang bertuliskan tanggal dibangun serta sejarah bangunan ini.

Mercusuar yang pertama kali dibuat berada tak lebih dari 100 meter lebih maju ke bibir pantai. Tak jelas waktu pembuatannya. Mercusuar pertama telah rata dengan tanah dan hanya menyisakan fondasinya setinggi 1,5 m.

Sebuah bukti yang berbicara tentang salah satu letusan terhebat di dunia. Pada Sisa fondasi mercusuar lama inilah prasasti bersejarah itu berada. Terukirdi atas batu seukuran setengah meter, tertulis '0 KM Anjer-Panarukan 1806'.

 

Baca Juga: Minta Kejagung Usut Tuntas Kasus Minyak Goreng, Jokowi: Supaya Mafia Ketahuan

Sejak 2014 Sisa fondasi mercusuar yang mengaitkannya dengan letusan bersejarah itu tak lagi ada. Gantinya, sebuah landasan dari keramik tugu Jalan Raya Daendels versi baru.

Pada tugu itu bertuliskan "Di sini awal berdirinya menara suar Cikoneng yang merupakan petanda titik km-O (nol) Anyer Panarukan. Serang 25 Juni 2014."

Prasasti pada fondasi mercusuar lama sering dikaitkan dengan jalan Daendels. Namun, tahun 1806 yang tertera di dalamnya bertentangan dengan sejarah kebanyakan di sekoIah.

Baca Juga: Uya Kuya Laporkan Medina Zein ke Polda Metro Jaya Terkait Penipuan Jual Beli Mobil

Sejarah umum mencatat, jalan Daendels dibuat pada 1808 dengan hanya memakan waktu selama satu tahun. Maka tak mengherankan, angka 1806 tentunya memiliki makna tersendiri di baliknya.

Dari beberapa penelusuran yang dilakukan, dalam satu dokumen Belanda, jalan antara Anyer dan Batavia sudah ada saat Daendels tiba pada 1808.

Menurut Jacobus Anne Van Der (1831-1905) dalam het Plakaatboek van Nederlandsch Indie, jalan ini memang sudah ada lantaran pelabuhan Anyer saat itu telah ramai sebagai pusat perdagangan Eropa di Asia.

Dalam dokumen tersebut tertuang, pembangunan proyek Jalan Raya Pos baru dimulai Mei 1808. Setelah proyek rampung sepanjang 150 kilometer, barulah Daendels melanjutkan 850 km berikutnya dengan memerintahkan para raja Jawa untuk mengerahkan rakyatnya, warga pribumi.

Baca Juga: Uya Kuya Laporkan Medina Zein ke Polda Metro Jaya Terkait Penipuan Jual Beli Mobil

Prof Dr Djoko Marihandono dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia berpendapat tulisan dalam tapal nol kilometer yang menyebut 1806, mutlak merupakan kesalahan data sejarah. Proyek Jalan Raya Pos jelas baru dimulai pada 1808. 1806 Daendels belum menginjakkan kaki di Pulau Jawa.

"Saya dan sejarawan lainnya siap mempertanggungjawabkan bahwa itu merupakan kesalahan," ujar dia seperti dikutip dari Buku Napak Tilas Jalan Daendels karya Angga Indrawan.

Daendels, jelas Djoko Marihandono, sesungguhnya juga tidak pernah mengawali titik nol kilometer dari lokasi mercusuar di daerah tersebut. Lokasi nol kilometer proyek Jalan Daendels berada di Pelabuhan Anyer, lima kilometer ke arah barat dari lokasi mercusuar saat ini.

Baca Juga: Kasus Pengeroyokan Ade Armando Terus Berlanjut, Polda Metro Jaya Tengah Lengkapi Berkas

Meski demikian, ia menyatakan tak menjadi persoalan ketika masyarakat sebagian memahami bahwa titik nol berada di pantai mercusuar tersebut.

Hanya saja, fakta sejarah berdasarkan dokumen yang ditemukan, tak pernah menyebutkan Daendels mengawali proyeknya di sana.

Daendels, kata dia, juga tidak pernah membangun mercusuar, tak hanya di Anyer, bahkan di sepanjang pantai utara Jawa. "Ketidakadaan sumber cahaya menjadikan mercusuar bukan sesuatu yang penting," kata dia.***

 

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Buku Napak Tilas Jalan Daendels

Tags

Terkini

Terpopuler