Baca Juga: Link Tes Karakter Masa Depan, Cari Tahu Bagaimana Dirimu di Waktu yang akan Datang
Alhasil, Gus Dur yang tidak naik kelas oleh ibunya dipindahkan ke Krapyak Jogja yang diasuh oleh KH Ali Maksum. Tapi lagi-lagi, jiwanya yang pemberontak tidak cocok dengan peraturan pesantren yang ketat.
Setelah itu, Gus Dur minta izin kepada ibunya untuk sekolah dan kos di luar pondok. Pada akhirnya, dia kos di daerah Kauman di lingkungan sekitar Keraton Yogyakarta.
Gus Dur remaja tinggal di rumah Haji Junet, seorang tokoh organisasi Islam Muhammadiyah. Haji Junet merupakan sahabat dekat Wahid Hasyim yah Gus Dur saat nyantri di Tremas Pacitan.
Baca Juga: Kakang Kawah Adi Ari Ari dalam Kepercayaan Masyarakat Jawa, PENASARAN Siapa Mereka?
Benar saja, sejak kos di luar Pondok itu, Gus Dur semakin giat belajar. Tapi di balik kenakalan dan kebandelanya, Gus Dur adalah sosok anak yang tumbuh sangat cerdas. Bahkan, Gus Dur kecil juga dikenal sebagai pecandu buku bacaan.
Muhammad Hamid dalam bukunya berjudul Gus Ger Bapak Pluralisme dan Guru Bangsa mengisahkan soal hobi Gus Dur membaca.
Dikisahkan beberapa kali Gus Dur ditegur oleh ibunya soal kebiasaannya membaca buku yang terlalu rajin. Nyai Solichah meminta putranya itu untuk mengurangi membaca agar matanya tidak sakit.
Baca Juga: Begini Kesedihan Abu Nawas saat Istri Tercintanya Meninggal Dunia
Gus Dur saat itu berusia 10 tahun dan sudah membaca novel-novel dengan tingkat sastra tinggi. Soal mata tidak bisa dipungkiri, sejak kecil Gus Dur sudah mulai memakai kacamata dan saat dewasa gangguan kesehatan matanya semakin memburuk.
Gus Dur memang maniak membaca, dia benar-benar memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya yang sudah dilahap semua dan merasa kurang.