Kepala selalu menunduk dan berjalan jongkok ngapurancang pakai salam tabik khas abdi raja,” ucap para saksi yang disebutkan di atas.
Demikian cara berjalan masuknya, begitu pula cara Gus Miek meninggalkan kubur Mbah Sholeh.
Baca Juga: Asal Usul Tradisi Masyarakat Jawa Warisan Sunan Ampel yang Perlu Anda Tahu
Dengan berjongkok, dia berjalan mundur, dengan dua tangan mengatup di depan hidung. Seolah tidak berani membelakangi pusara Mbah Soleh darat.
“Pokoknya cara ziarah Gus Miek persis pisowanan kepada Sultan Mataram,” terang Pak Totok maupun Agus Tiyanto.
Para Sakrub Semarang bertanya kepada Gus Miek karena penasaran, pada suatu kesempatan jumpa di makam.
“Nuwun sewu, Gus. Jenengan kok cara ziarahnya seperti sowannya kawula kepada raja, niku pripun?” katanya.
“Saya itu setiap hendak ziarah di makam Mbah Sholeh Darat, beliau sudah berdiri di atas pusaranya menyambut saya.
Sejak saya berjalan kaki dari undak pertama komplek makam, Mbah Sholeh sudah melambaikan tangan ngawe-awe saya,” jawab Gus Miek.