Ditengah kondisi yang sama sama kuat, Batoro Katong kehabisan akal untuk menundukkan Ki Ageng Kutu.
Kemudian dengan akal cerdasnya Batoro Katong berusaha mendekati putri Ki Ageng Kutu yang bernama Niken Gandini, dengan di iming-imingi akan dijadikan istri.
Niken Gandini yang jatuh cinta kepada Batoro Katong karena melihat ketampanan dan kegagahan Batoro Katong pun terperdaya.
Niken Gandini dimanfaatkan Batoro Katong untuk mengambil pusaka Koro Welang, sebuah pusaka pamungkas dari Ki Ageng Kutu.
Pertempuran kembali berlanjut antara Batoro Katong dengan Ki Ageng Kutu, dan saat itu karena pusaka-nya telah hilang, Ki Ageng Kutu mampu dikalahkan Batoro Katong.
Ki Ageng Kutu pun melarikan diri dan menghilang, pada hari Jumat Wage di sebuah pegunungan di daerah Wringin-Anom Sambit Ponorogo.
Hari ini oleh para pengikut Ki Ageng Kutu dan masyarakat Ponorogo (terutama dari abangan), menganggap hari itu sebagai hari nahas-nya Ponorogo.
Tempat menghilangnya Ki Ageng Kutu ini disebut sebagai Gunung Bacin, terletak di daerah Bungkal.
Batoro Katong kemudian, mengatakan bahwa Ki Ageng Kutu akan moksa dan terlahir kembali di kemudian hari.
Hal ini dimungkinkan dilakukan untuk meredam kemarahan warga atas meninggalnya Ki Ageng Kutu.