Keberanian Sunan Gunung Jati, Tidak Mau Setor Upeti hingga Diperingati Sebagai Hari Jadi Kabupaten Cirebon

- 12 Maret 2022, 20:00 WIB
Taman Pataraksa Kabupaten Cirebon yang sering jadi tempat perayaan Hari jadi Kabupaten Cirebon. Peringatan hari jadi berawal dari keberanian Sunan Gunung Jati menolak membayar upeti ke kerajaan Pakuan Pajajaran.
Taman Pataraksa Kabupaten Cirebon yang sering jadi tempat perayaan Hari jadi Kabupaten Cirebon. Peringatan hari jadi berawal dari keberanian Sunan Gunung Jati menolak membayar upeti ke kerajaan Pakuan Pajajaran. /Egi Septiadi/PRMN

PORTAL MAJALENGKA – Dalam menyampaikan dakwah ajaran Islam di wilayah Cirebon dan sekitarnya, Sunan Gunung Jati mempunyai strategi khusus.

Strategi Sunan Gunung Jati tersebut adalah mendekatkan diri dengan penguasa wilayah.

Dalam Carita Purwaka Caruban Nagari yang lansir dari buku Atlas Walisongo karya Agus Sunyoto, atas perkenan Pangeran Cakrabuana, Syarif Hidayatullah diangkat menjadi tumenggung di Cirebon dengan gelar Susuhunan Jati.

Baca Juga: Cara Dakwah Sunan Gunung Jati Menyebarkan Ajaran Islam di Tatar Pasundan

Wilayah kekuasaan Tumenggung Cirebon meliputi Pesisir Sunda dan menjadi panetep panatagama (pemimpin yang mengatur keagamaan) di bumi Sunda yang berkedudukan di Cirebon.

Posisi Syarif Hidayatullah menggantikan Syaikh Nurul Jati yang sudah wafat.

Dengan demikian, Syarif Hidayat Susuhunan Jati berhak tinggal di Kedhaton Pakungwati bersama pangeran Cakrabuana sebagai pelindungnya.

Wilayah Cirebon semula adalah bawahan Kerajaan Pakuan Pajajaran, yang wajib membayar upeti tahunan berupa terasi dan garam.

Baca Juga: Polri Beberkan Status dan Jabatan Dokter Sunardi yang Ditembak Mati di Jaringan Terorisnya

Halaman:

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: Atlas Walisongo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x