PORTAL MAJALENGKA – Kisah perjalanan Sunan Gunung Jati dalam menuntut ilmu diceritakan dalam Serat Purwaka Caruban Nagari.
Dalam buku Atlas Walisongo karya Agus Sunyoto, dalam Serat Purwaka Caruban Nagari disebutkan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah mulai menuntut ilmu dengan meninggalkan negerinya Mesir pada usia 20 tahun.
Sunan Gunung Jati berguru kepada sejumlah guru dengan nama mirip yang disebut dalam naskah Sajarah Wali seperti Syaikh Tajmuddin al-Kubri, Syaikh Ataullah Syadzili, dan Sayyid Ishak di Samudera Pasai.
Setelah dari Pasai, Syarif Hidayatullah pergi ke Jawadwipa dan singgah di Banten, di mana penduduk di sekitarnya sudah memeluk Agama Islam karena telah diislamkan Raden Rahmat Sunan Ampel.
Perjalanan Syarif Hidayatullah menuntut ilmu kepada beberapa orang guru, hingga sampailah dia berguru kepada Sunan Ampel dan berkumpul dengan para wali.
Kemudian mereka mendapat tugas untuk menyebarkan agama Islam di wilayah masing-masing, yang sebagian besar penduduknya masih memeluk agama Buddhaprawa.
Sementara dikisahkan dalam Sajarah Wali, Syarif Hidayatullah sejak muda mulai berguru kepada Syaikh Najmurini Kubro di Mekah.
Disana, beliau mengambil tarekat Nakisbandiyah (Naqsyabandiyah), tarekat Istiqoi dan tarekat Syathari (Syathariyah) sampai mencapai makrifat sehingga Syarif Hidayatullah dianugerahi nama Madzkurallah.