Baca Juga: Mata Air Cipantan Peninggalan Belanda di Majalengka Hadiah untuk Ratu Wihelmina
Lagu-lagu seperti Penganten Baru, Sopir Inden, Bakul Jamu, Kelingan, Kondangan, Ngrujaki, Pinter Kodek, Salah Mejet, Nonton Tarling, dan Desa Buyut kini abadi dalam ingatan masyarakat terutama di wilayah Pantura.
Hingga meninggal dunia di tahun 2011, Adjib telah menciptakan sekitar 300 judul lagu Cirebonan modern. Jumlah itu merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan jumlah lagu ciptaan seniman Tarling lainnya.
Dengan lagu-lagunya, Abdul Adjib juga mempelopori penciptaan lirik lagu Cirebonan yang terencana.
Sebelumnya, para seniman menciptakan lirik lagu secara improvisasi berdasarkan pengalaman maupun keadaan di sekitar saat lagu hendak dinyanyikan.
Baca Juga: Bukan Eropa, Pemandangan Langka ini Ada di Kawasan Kebun Raya Kuningan
Metoda yang dipergunakan Abdul Adjib memungkinkan lirik lagu dapat dihafal penyanyi. Lirik pun tidak berubah-ubah.
Bahkan inovasi dan kepeloporan Abdul Adjib mendorong lagu-lagu Cirebonan kemudian diaransir menjadi lagu-lagu Tarling Dangdut maupun bersandingan dengan lagu-lagu modern lainnya.
Namun hingga akhir hayatnya, Abdul Adjib menolak keras predikat Tarling Dangdut maupun Organ (elekton) Tarling. Dalam penilaiannya, Tarling Dangdut maupun Tarling Organ justru mengaburkan identitas dan karakteristik Tarling.
Prestasi Abdul Adjib lainnya, sukses memasukkan unsur drama dan lawak ke dalam Seni Tarling.