Baca Juga: Indramayu Segera Punya Asrama Haji Terbesar di Indonesia, Sekaligus Destinasi Wisata Religi
Di tangan Adjib, Tarling menjadi lebih variatif, familier, tidak sekadar menghibur tetapi juga memesona dengan sajian unsur drama, lawak, yang dicampur dengan seni musik.
Bahkan Adjib mampu menyisipkan pesan-pesan beraroma pendidikan ke dalam pertunjukan-pertunjukannya.
Popularitas Putra Sangkala dan kepiawaian menciptakan drama yang sangat diminati masyarakat menyebabkan jadwal pentas tiada habisnya sepanjang tahun.
Di masa jayanya sekitar tahun 1970, Putra Sangkala mampu naik pentas sebanyak 500 kali dalam setahun. Itu ditempuh dengan cara, sebagian anggota tampil lebih dahulu di satu acara lalu buru-buru menuju tempat acara lainnya. Sisanya, menyusul kemudian.
Saking padatnya jadwal manggung Putra Sangkala, permintaan pentas tidak bisa dilakukan dadakan, namun harus pesan dan antre sekitar tujuh sampai delapan bulan sebelumnya.
Wilayah pentas Putra Sangkala pun sangat lebar. Pesanan manggung berdatangan dari Wilayah Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Kuningan, Majalengka, Sumedang, Banten, hingga Pekalongan Jawa Tengah.
Abdul Adjib juga diakui oleh banyak pihak memiliki keistimewaan dalam suara, improvisasi panggung, dan membuat wangsalan atau semacam pantun yang diiringi musik tarling.
Abdul Adjib menghabiskan masa tuanya di Jalan Sukasari Kota Cirebon.