Baca Juga: Permudah Wisatawan, Garut Buka Akses Baru Jalan Menuju Wisata Candi Cangkuang
Di masa itu pula, ketika kejayaan Seni Tarling mulai pupus dilindas zaman, Abdul Adjib banyak memberikan ceramah keagamaan di berbagai Majelis Taklim. Popularitas, kepiawaian memainkan karakter, ditambah gayanya yang kocak membuat ceramah-ceramahnya selalu dibanjiri umat.
Abdul Adjib pernah memendam keinginan untuk membuat agar Seni Tarling disejajarkan dengan kesenian-kesenian daerah lainnya, seperti Ketoprak, Lenong, dan Ludruk.
Sayangnya niat itu terganjal persoalan bahasa. Untuk masyarakat di luar sub-etnis Cirebon, risikonya Seni Tarling harus menggunakan Bahasa Indonesia.
Abdul Adjib berpandangan, penggunaan Bahasa Indonesia dapat menyebabkan Seni Tarling tercerabut dari akar tradisi masyarakat yang telah membesarkannya. Adjib juga khawatir Tarling bisa kehilangan identitas.
Baca Juga: Pantai Versus Gunung, Tujuan Wisata Tentukan Tipe Kepribadian? Begini Kata Psikologi
Ketika H Abdul Adjib meninggal dunia, Kota Cirebon diguyur hujan. Langit seperti ikut berduka karena kehilangan Maestro Tarling paling fenomenal tersebut.***