Baca Juga: Chef Arnold Berbagi Tips Bisnis Kuliner Bertahan di Masa Pandemi
Saat usianya baru belasan tahun, Abdul Adjib sudah menjadi salah seorang pemain di Grup Sandiwara Gado-gado Remaja. Saat itu pula minat Adjib pada Seni Tarling dimulai.
Ia sudah belajar mencoba-coba memetik gitar dan menyanyikan lagu-lagu Tarling. Ketika itu Tarling masih berupa seni musik.
Askadi Sastrasuganda, kakak Abdul Adjib, melihat bakat luar biasa pada adiknya itu. Ia membantu mengarahkan seni musik Adjib.
Dalam Festival Tarling se Karesidenan Cirebon tahun 1968, Abdul Adjib menjadi Juara Pertama. Remaja berusia 26 tahun itu mampu mengalahkan seniman-seniman Tarling yang sudah sangat populer ketika itu, yakni Jayana dan Sunarto Martaatmadja.
Baca Juga: Selama PPKM Darurat Objek Wisata di Majalengka Ditutup
Di tengah kompetisi itu pula, Abdul Adjib terinspirasi untuk memodifikasi Tarling, dari seni musik menjadi seni teater.
Adjib memulai eksperimennya dengan memasukkan unsur drama dan lawak ke dalam Seni Tarling. Hasilnya tidak mengecewakan.
Putra Sangkala makin populer. Undangan mentas pun makin meriah. Putra Sangkala diundang tampil dalam acara-acara sejak hajatan perkawinan, sunatan, sedekah bumi, syukuran panen, syukuran rumah baru, hingga pengangkatan kepala desa.
Tak pelak, Abdul Adjib turut andil dalam pembelokan sejarah Seni Tarling, dari seni musik ke seni teater.