LOBI TINGKAT TINGGI, Saat Gus Dur Bebaskan Dua Wartawan dari Sandera Perang Irak

- 15 Agustus 2022, 09:30 WIB
Ilustrasi Abdurrahman Wahid atau Gus Dur./
Ilustrasi Abdurrahman Wahid atau Gus Dur./ /Instagram.com/gusdur.ig

PORTAL MAJALENGKA - Satu kisah yang menceritakan tentang kehebatan seorang Gus Dur yang dituangkan dalam bentuk puisi yang ditulis oleh seorang wartawan yaitu Teguh SA.

Teguh SA tuliskan puisi tentang kehebatan Gus Dur setelah dia membesuk orang paling dihormati oleh Teguh SA dan oleh bangsa Indonesia.

Berikut puisi yang ditulis kan Teguh SA tentang hebatnya seorang Gus Dur, yang melakukan lobi tingkat tinggi untuk bebaskan wartawan.

Baca Juga: Debut Bersama AS Trencin di Liga Slovakia, Witan Bermain 17 Menit saat Timnya Imbangi MFK Ružomberok

Marwah Daud Ibrahim mengajak aku jenguk Kyai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, mantan Presiden Republik Indonesia yang dirawat di paviliun Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo. Kami bertiga dengan Alita Marshanti sahabatnya.

Malam sepi,
Lorong-lorong rumah sakit sunyi,
Empat orang Banser berjaga di dekat pintu paviliun itu, Kami masuk..

Dua orang yang tak kukenal keluar dengan permisi, Abdurrahman Wahid tergeletak di tempat tidur kecil. Tubuh gemuknya berkain sarung berbaju kaos pendek, Jarum infus menancap di lengan kirinya.

Baca Juga: Mahasiswa KKN IAIN Syekh Nurjati Cirebon Sukses Bina Pemuda dan UMKM Cikeusal

Marwah dan Alita ucapkan salam, aku juga...

"ini siapa?" Gus Dur bertanya. Marwah Daud Ibrahim kenalkan namaku

Oh.. Terma kasih sampeyan mau datang menjenguk saya, ini Rahmat untuk saya, katanya lembut dan ramah.

Baca Juga: GURU GURU BESAR Sunan Gunung Jati dari Mekah Al Mukaromah

Ia genggam tanganku tak dilepaskannya, Marwah dan Alita berdiri dekat pintu, Mereka bicara

"Sampeyan sudah lama ngga menulis lagi ya?" kata Gus Dur, Aku tak menjawabnya.

"Menulis lah lagi,
Sekarang keadaan sudah terbuka, tidak seperti dulu yang semuanya harus sesuai dengan selera orang-orang yang berkuasa.

Baca Juga: MENAKJUBKAN! Jenggot Habib Ja’far Alkaff Terus Berdzikir Walaupun Jasadnya Tidur: Keramat Para Wali

Sekarang semua orang bebas bicara dan menulis berisikan pemikiran masing masing. Saya minta sampeyan nulis lagi, Insya Allah nanti sesudah Saya sembuh, saya akan terbitkan karya-karya sampean.

Saya punya banyak kawan-kawan yang punya percetakan, Nanti saya minta tolong Mereka" katanya, Suaranya lirih,

Ketulusan empatinya ketari segala rasa di ruang dadaku, Air mataku mengalir, sepasang mataku berkaca-kaca, Marwah Daud Ibrahim memberi aku tisyu untuk menyeka.

Baca Juga: Ikan Cere Pakan Alami Ikan Channa, Punya Manfaat Lipat Ganda: SIMAK Penjelasannya

"Bentar ya Mas" kata Gus Dur dengan tangan kanannya ia raih telepon selulernya.

Yang ia hubungin entah siapa?
Lalu dengan bahasa Arab dia bicara,
Cukup lama ia bicara,

Tersengal-sengal nafasnya,
Berbutir-butir mengalir keringatnya,
Aku tak tega.

Baca Juga: Ratu Kidul dan Nyai Roro Kidul

Usai bicara ia hubungi lagi seorang lain yang entah siapa, dia bicara lagi dengan bahasa Arab cukup lama.

Semakin tersengal-sengal nafasnya, makin deras keringatnya. Marwah Daud Ibrahim berikan aku tisyu.

Aku seka keringat di wajah Gus Dur dan aku nasehati lagi dia agar tak terlalu lama bicara tapi ia terus bicara.

Nada suaranya agak keras, usai bicara ia letakkan telepon selulernya dekat bantalnya.

Baca Juga: Sunan Muria Ubah Santri Malas Jadi Bulus Hingga Turunkan Hujan dengan Pelana Kuda: Keramat Walisongo

Ia genggam lagi tangan saya
"Saya bicara dengan sahabat-sahabat saya di Timur Tengah, saya minta tolong mereka agar berusaha bebaskan dua Wartawan Indonesia yang dijadikan sandera oleh para pejuang di sana" katanya

Aku tertegun
Ini orang Dahsyat, dalam keadaan sakit ia tetap perduli pada keadaan dua wartawan dalam keadaan bahaya.

dalam batin aku berkata

Dulu aku baca, Nyaris semua media masa menghantam dan menggusur Gus Dur dari kursi kepresidenannya.

Baca Juga: Nagita Slavina Orang Luar Pertama yang Tahu Nama dan Wajah Anak Ria Ricis

Dua hari kemudian media masa kabarkan pembebasan dua wartawan itu.

Sampai Gus Dur mati aku tak bertemu Gus Dur lagi. Pertemuan di rumah sakit itu adalah pertama dan yang terakhir bagi kami.

Ku tulis dalam nota prima ku,

Sesudah Soekarno Abdurrahman Wahid alias Gus Dur adalah pemimpin rakyat Indonesia paling berwibawa, paling berpengaruh dan paling disegani di Negara Arab Jahiliah yang bertradisi perang saudara.

Baca Juga: Ingin Rezeki Berlimpah? Mbah Kholil Bangkalan Beri Kunci Suksesnya, Luar Biasa Kekuatan Istighfar

Itulah puisi Teguh SA untuk Gus Dur sang Presiden RI yang berwibawa dan pemberani.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: YouTube Gresik TV


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x