Menhan Prabowo Didesak Segera Ambil Tindakan Terkait Temuan Kapal Selam Mata-mata

4 Januari 2021, 18:00 WIB
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto /Instagram.com/prabowo via PR Bogor/

PORTAL MAJALENGKA - Ditemukannya Unmanned Underwater Vehicle (UUV) alias kapal selam mata-mata di alur laut Natuna tepatnya di kepulauan Selayar, Selayar, baru-baru ini memunculkan kecurigaan publik.

UUV yang disinyalir milik China ini tertangkap nelayan setempat pada 26 Desember 2020 lalu.

Diduga kuat UUV ini ialah Haiyi-7000 milik kapal survei Tansuo-1 China.

Baca Juga: Tegas, Jokowi Tandatangani Hukuman Kebiri Kimia untuk Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Anak

Melihat adanya penangkapan ini, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sukamta mendorong agar Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto mengambil tindakan.

"Ini pekerjaan rumah Pak Menhan untuk mendorong percepatan pengembangan teknologi penginderaan jarak jauh," ujar Sukamta seperti dikutip zonajakarta.com dari Potensi Bisnis, Sabtu (2/1/2021).

Sukamta mendesak agar Indonesia segera melakukan kerjasama alih teknologi pertahanan dengan negara lain.

Baca Juga: Wafat karena Covid-19, Tenaga Kesehatan di Bogor Terima Kenaikan Pangkat Anumerta dan Santunan

"Indonesia bisa melalukan kerja sama dengan beberapa negara lain untuk alih teknologi selain tentunya dengan mendorong riset nasional untuk pengembangan teknologi yang mendukung sistem pertahanan yang handal."

"Lebih dari itu pemerintah perlu segera perbaiki sistem keamanan teritori, agar kejadian drone yang menyelundup ini tidak terulang lagi," kata Sukamta.

Selain Prabowo, anggota DPR RI Fraksi PKS tersebut juga berharap TNI AL serta Bakamla meningkatkan patroli pertahanan laut agar tak diobok-obok asing.

Baca Juga: Terkait Wacana Pengangkatan PNS Guru Dihapus, Komisi X DPR RI Panggil 2 Kementerian

"Tentu kita tidak mau wilayah kita diobok-obok pihak asing. Oleh sebab itu kewaspadaan harus ditingkatkan dengan melakukan patroli secara ketat," kata Sukamta.

Diberitakan sebelumnya, Dikutip zonajakarta.com dari The Guardian, dalam artikel Kapal Selam Mata-mata Diduga Milik China Tertangkap, Menhan Prabowo Didesak Segera Ambil Tindakan, Jumat (1/1/2021) seorang nelayan Indonesia berhasil menangkap sebuah kapal selam mata-mata tak berawak alias Unmanned underwater vehicles (UUV) di rute Laut Natuna Utara.

Kapal selam tersebut tertangkap pada 20 Desember 2020 lalu saat si nelayan berlayar di Pulau Selayar, Sulawesi Selatan.

Baca Juga: Gubernur DKI Jakarta Perpanjang PSBB Transisi, Pemberlakukan Bisa Sampai Akhir Januari 2021

Pengamat militer luar negeri kemudian menjelaskan, diduga kapal selam tersebut ialah Haiyi - 7000 buatan Chinese Academy of Sciences.

Haiyi merupakan UUV yang mempunyai kemampuan mengumpulkan data di perairan yang dilewatinya, misalnya suhu laut, kedalaman, kontur dasar laut hingga tingkat oksigen.

Hasil pengumpulan data ini kemudian dikirimkan secara real time kepada pusat pengendalian.

Baca Juga: Tiga Jenis Bansos Ini Akan Cair di Minggu Pertama Januari 2021

Tujuan pengumpulan data itu ialah untuk mempersiapkan operasi kapal selam yang lebih besar ketika hendak beroperasi dilokasi yang sudah dimata-matai itu.

"Semakin baik angkatan laut mengetahui perairan musuh, semakin baik pula kemampuannya untuk menyembunyikan kapal selamnya," lapor Naval News.

Pengamat militer Indonesia, Muhammad Fauzan menyakini jika UUV itu adalah milik China dan mereka sedang mempersiapkan operasi kapal selamnya di laut Natuna Utara.

Baca Juga: Kertajati Aerocity Buka Lowongan untuk Warga Majalengka dan Sekitarnya, Ini Syaratnya

“Setidaknya ini ketiga kalinya drone semacam itu, yang saya dan banyak orang termasuk ahli yakini sebagai drone bawah air buatan China, ditemukan di wilayah perairan Indonesia,” katanya seperti dikutip dari The Guardian.

Tapi penemuan kali ini bisa sangat berharga karena saat ditangkap UUV masih aktif yang artinya sedang mengumpulkan data intelijen.

"Dan ini pertama kalinya kami mendengar bahwa militer secara terbuka mengatakan bahwa mereka telah mengamankan drone tersebut dan sedang melakukan penyelidikan penuh terhadap drone tersebut yang menurut laporan terbaru, saat ini sedang dilakukan di markas armada kedua angkatan laut Indonesia di Surabaya," sambung Fauzan.

Baca Juga: Ini Syarat dan Ketentuan Pembuatan SIM Gratis

Sebelumnya dua UUV serupa dari China juga ditangkap oleh pihak Indonesia pada Maret 2019 di Kepulauan Riau dan Januari 2020 di perairan Jawa Timur.

Haiyi-7000 biasanya dipasangkan di kapal survei Hidro-oseanografi Tansuo-1 milik China.

Belum ada tanggapan resmi dari pemerintah China terkait penemuan UUV ini dimana kini militer Indonesia sedang mengadakan penyelidikan lebih lanjut terkait aktivitas ilegal ini.***(Beryl Santoso/Zona Jakarta)

 

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Zona Jakarta

Tags

Terkini

Terpopuler