Manusia yang semakin bergantug pada teknolog semakin ia tidak bisa menjadi dirinya sendiri, dan semakin sedikit dari dirinya yang asli yang dapat diperolehnya. Apalagi teknologi yang ada hanya menghamba pada kepentingan industri yang berkuasa.
Dalam pola-pola kebangkitan dan keruntuhan peradaban, teknologi merupakan salah satu tantangan yang perlu dijawab. Sebagai dinamika pokok alam semesta, jawaban terhadap tantangan tersebut menentukan hidup-matinya sebuah komunitas manusia.
Termasuk didalamnya adalah organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang dituntut untuk sesegera mungkin memformulasikan jawaban atas tantangan itu.
Baca Juga: Menkes: Antibodi Meningkat Hingga 99 Persen Setelah Vaksinasi Covid-19 Tahap Kedua
Tentu dibutuhkan tanggapan kreatif yang mendorong PMII memasuki proses peradaban itu, dan hanya kreatifitaslah yang dapat menumbuh suburkan pergerakan supaya tidak statis. Kreatifitas yang melahiran fleksibilitas inilah yang menjadi elemen penting, dalam pandangan Arnold Toynbee, sebagai tenaga budaya agar pergerakan PMII tidak runtuh.
Ijtihad Menjawab Tantangan
PMII menjadikan Ahli Sunnah Wal Jama’ah (ASWAJA) sebagai manhaj al-fikr dan manhaj al-harakah, didalamnya mengandung segudang khazanah keilmua Islam yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis dan praktis.
Khazanah itulah yang menjadi bekal bagi kader-kader PMII untuk melakukan ijtihad dalam rangka mejawab tantangan teknologi.
Baca Juga: Kabar Baik, Tren Covid-19 Indonesia Menurun, Hari Ini Tambah 6.462 Kasus
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam buku Islam Kosmopolitan, mengurai dasar-dasar kehidupan menurut ASWAJA, yang salah satunya adalah pandangan terhadap ilmu, pengetahuan dan tekonologi.