Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam (Refleksi Hari Amal Bakti ke-75 Kementerian Agama)

- 3 Januari 2021, 14:24 WIB
Dr H Masduki Duryat MPdI
Dr H Masduki Duryat MPdI /

Ketidakmaun untuk menerima keragaman dalam keberagamaan pada bahasa Zada cenderung memunculkan identitas baru dalam mengekspresikan sikap keberagamaannya yang resisten terhadap budaya dan kearifan lokal, bahkan mengarah pada sikap tidak mau menerima dasar negara.

Paham keagamaan tersebut memiliki keinginan militan dan kuat untuk menjadikan tafsir paham keagamaannya sebagai sistem negara yang diilhami oleh narasi ideologi seperti ideologi kebangkitan Islam dengan cita-cita untuk mendirikan sistem kepemimpinan Islam global semacam khilafah, darul Islam, maupun imamah. Konsekuensinya, sikap resisten dan ketidakmauan tersebut kemudian menjadikan ideologi ini lebih mengarah kepada gerakan ekstrim, radikal dan intoleran.

Baca Juga: Mensos Lakukan Pemetaan Calon Penerima Bansos Tiap Daerah

Pendidikan (Islam) dalam hal ini menjadi katalisator, jembatan untuk meluruskan pemahaman yang sempit dan mengarah pada sikap dan ekspresi keagamaan yang konservatif.

Pemahaman keagamaan yang ditawarkan melalui konsep moderasi yang berusaha untuk mencari titik temu dari berbagai aspek keagamaan dan ketika dikorelasikan dengan paham keislaman tidak bisa dipisahkan dari aspek teologis, syariah dan mistisisme.

Dengan bahasa yang berbeda, moderasi dalam hal ini memiliki peran penting dalam mengatur pola relasi antara paham keagamaan, kemasyarakatan dan kebangsaan melalui paradigma keagamaan yang kontekstual. Di sini penting hadirnya lembaga pendidikan (Islam) dengan segala pirantinya.

Baca Juga: Status Siaga, Gunung Merapi Keluarkan Guguran Material Sejauh 1,5 Kilometer

Prinsip Moderasi Beragama

Moderasi merupakan sikap jalan tengah atau sikap keragaman yang hingga saat ini menjadi terminologi alternatif dalam diskursus keagamaan baik di tingkat lokal maupun global. Moderasi masih dianggap sebagai sikap keragaman yang paling ideal di tengah kemelut konflik keagamaan yang terus memanas.

Beberapa prinsip moderasi beragama itu adalah (1) Tawasuth, sikap tengah-tengah atau sedang di antara dua sikap yang tidak terlalu jauh ke kanan (fundamentalis) dan terlalu jauh ke kiri (liberalis). (2) Tawazun,  pemahaman dan pengamalan agama secara seimbang yang meliputi semua aspek kehidupan—baik ukhrawi maupun duniawi—tegas dalam menyatakan prinsip yang dapat membedakan antara inhiraf (penyimpangan) dan ikhtilaf (perbedaan). (3) I’tidal, lurus dan tegas. Menempatkan sesuatu pada tempatnya dan melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban secara proporsional. I’tidal merupakan bagian dari implementasi keadilan dan etika bagi setiap muslim. (4) Tasamuh, pendirian atau sikap seseorang yang termanifestasikan pada kesediaan untuk menerima berbagai pandangan dan pendirian yang beranekaragam, meskipun tidak sependapat dengannya. (5) Musawah/Egaliter, persamaan dan penghargaan terhadap sesama manusia sebagai makhluk Allah. (6) Syura, saling menjelaskan dan merundingkan atau saling meminta dan menukar pendapat terhadap suatu perkara.

Halaman:

Editor: Andra Adyatama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah