Meski saat ini produksi dan distribusi terhambat wabah corona, salah satunya pesanan gula semut atau serbuk gula aren dari Sukabumi yang tersendat.
Meski baru dua tahun, penjualan kopi Gunungwangi sudah mencakup Bandung, Semarang dan kota-kota besar di Indonesia.
Baca Juga: Ini Kiat Pengusaha Kopi Hadapi Pandemi
Bahkan pasar Australia sudah menerima, seperti saat Gubernur Jawa Barat meresmikan cafe Jabar Juara di Canberra.
Untuk pasar ekspor memang belum konsisten, karena kapasitas produksi belum siap dalam jumlah banyak.
“Potensi kopi Gunungwangi di kisaran 30-35 ton per tahun, tapi tidak semua petani menggarap kopi dengan baik,” terang Siti.
Kopi eksklusif Gunungwangi memiliki ciri khas aroma gula merah. Tapi Cantika Ciremai tidak melakukan proses produksi secara keseluruhan, hanya dari proses panen sampai penjemuran.
Sementara untuk proses roasting dilakukan di Pangalengan Kabupaten Bandung. Siti mengaku sudah cocok roasting di tempat tersebut, sehingga kopi Gunungwangi yang menurutnya ideal roasting medium bisa dinikmati dengan rasa khasnya.
Siti menegaskan, untuk urusan kopi jangan hanya mengejar sisi bisnisnya saja, tapi juga harus benar-benar mencintai segala aspek dari kopi.