KEBERHASILAN PARA WALI Mendidik Sunan Gunung Jati Cucu Prabu Siliwangi Sukses Membangun Kesultanan Cirebon

- 15 Juli 2022, 09:00 WIB
Keraton Kasepuhan Cirebon yang dulu menjadi Keraton Kesultanan Cirebon.
Keraton Kasepuhan Cirebon yang dulu menjadi Keraton Kesultanan Cirebon. /Dok. Pikiran-Rakyat/

PORTAL MAJALENGKA - Sunan Gunung Jati tak butuh waktu lama untuk dapat amanah memimpin Kesultanan Cirebon. 

Kurang lebih tujuh tahun setelah Syarif Hidayatullah tiba di Cirebon, pada  sekitar tahun 1479 M, Pangeran Cakrabuana (Haji Abdullah Imam) selaku penguasa Cirebon (Caruban) menyerahkan kekuasaannya kepada Syarif Hidayatullah, keponakan dan sekaligus menantunya.

Portal Majalengka akan memberikan informasi tentang keberhasilan Sunan Gunung Jati membawa Cirebon sebagai Pusat Peradaban Islam di Indonesia sampai mancanegera dari berbagai sumber.

Baca Juga: JADWAL PERSIB BANDUNG Liga1 Indonesia 2022/2023, Cek Kapan Lawan Persija Jakarta

Dalam kedudukannya sebagai penguasa Cirebon, Syarif Hidayatullah bergelar Susuhunan Cirebon atau Susuhunan Jati atau Sinuhun Purba dan pewaris Tahkta Prabu Siliwangi.

Ia bersemayam di Keraton Pakungwati yang dibangun oleh Pangeran Cakrabuana.

Penobatan Syarif Hidayatullah didukung pula oleh para kepala wilayah pesisir utara dan dikukuhkan oleh dewan wali yang dipimpin oleh Sunan Ampel.

Baca Juga: Sunan Kedu Temui Sunan Kudus dengan Terbang Naik Tampah Anyaman Bambu

Para wali menetapkan Susuhunan Jati (Susuhunan Cirebon) sebagai Panetep Panatagama Rasul rat Sundabhumi.

Dengan demikian susuhunan Jati (kemudian terkenal dengan nama Sunan Gunung Jati) merupakan “pandita ratu”, karena selain sebagai kepala pemerintahan (penguasa) ia berperan sebagi wali penyebar agama Islam.

Oleh karena itu oleh kalangan tradisi setempat ia disebut Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Penata Agama Awliya Allah Kutubid Zaman Kholipatur Rasulullah SAW.

Baca Juga: Jokowi Resmikan Wajah Baru Sarinah, Ikon Penting Bangsa Indonesia

Langkah awal tindakan politik yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati ialah melepaskan diri dari pengaruh dan kekuasaan kerajaan Sunda Pajajaran.

Cirebon menghentikan kewajiban memberi upeti tahunan berupa garam dan terasi kepada Kerajaan Hindu Sunda Pajajaran.

Adapun beberapa Keberhasilan Sunan Gunung Jati dalam bidang pemerintahan, ekonomi, politik dan Militer, diantaranya sebagai berikut :

Baca Juga: Gunung Berapi Wilayah DI Yogyakarta Keluarkan 2 Kali Larva Pijar

1. Wilayah bawahan kerajaan Cirebon hingga 1530 sudah  meliputi separuh dari Provinsi Jawa Barat sekarang termasuk Provinsi Banten dengan jumlah penduduk saat itu kurang lebih 600.000 orang yang sebagian besar beragama non-Islam.

Pelabuhan-pelabuhan penting di pantai utara Jawa Barat  seluruhnya sudah dapat dikuasai oleh kerajaan Cirebon.

2. Masjid jami’ di ibukota, masjid-masjid di berbagai wilayah  bawahannya, (pancaniti), serta langgar-langgar di pelabuhan telah selesai dibangun.

Salahsatu Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Masjid Merah Depok dan beberapa lainnya.

Baca Juga: Rumah Nikita Mirzani Digeledah Terkait Kasus Dugaan Pelanggaran UU ITE

3. Keraton Pakungwati –kediaman resmi Sunan Gunung Jati sudah disesuaikan dengan fungsi dan posisinya sebagai bangunan utama pusat pemerintahan kerajaan yang berdasarkan Islam.

4. Tembok keliling keraton berikut beberapa pintu gerbang, pangkalan perahu kerajaan, pos-pos penjagaan keamanan, istal kuda kerajaan, dan pedati-pedati untuk mengangkut barang, serta sitinggil, bangunan untuk pengadilan dan alun-alun telah selesai dibangun dan diperindah.

5. Tembok keliling ibukota meliputi areal seluas kurang lebih 50  hektar dengan beberapa pintu gerbang dan pos jagabaya telah selesai dibangun dan dikerjakan selama kurang lebih tiga tahun.

Baca Juga: KPK Cekal 4 Orang ke Luar Negeri Terkait Dugaan Korupsi LNG Pertamina

6. Jalan besar utama menuju pelabuhan Muarajati dan jalan-jalan di ibukota serta jalan-jalan yang menghubungkan ibukota dengan wilayah-wilayah bawahannya telah selesai dibangun.

7. Pasukan jagabaya jumlahnya sudah cukup banyak, organisasinya sudah ditata dengan komandan tertinnginya dipegang oleh tumenggung yang disebut Tumenggung Jagabaya.

8. Dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan, baik di pusat maupun kerajaan maupun di wilayah bawahan telah diatur dalam tata aturan pemerintahan yang cukup rapi. Sunan Gunung Jati telah melakukan penyeragaman gelar-gelar jabatan.

Baca Juga: Kasus Stupa Borobudur Mirip Presiden Jokowi, Roy Suryo Saat Jalani Pemeriksaan

Selain penataan pemerintahan, untuk memperluas wilayah kekuasaan dan menyebarkan ajaran agama Islam, pada tahun 1552 wilayah Banten ditingkatkan dari keadipatian atau Kadipaten Banten menjadi Kesultanan Banten yang mandiri.

Sultan Banten pertama  adalah pangeran Adipati Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati dari Dewi Kawunganten yang bersal dari Banten.

Kekuasaan Hasanuddin  meliputi Lebak, Pandeglang, Serang, dan Sunda Kelapa.

Baca Juga: Nirina Zubir Apresiasi Polisi Ungkap Mafia Tanah di Indonesia

Tindakan Sunan Gunung Jati menjadikan Banten sebagai kesultanan yang mandiri dilatarbelakangi oleh keinginan Sunan Gunung Jati untuk  mempersempit wilayah kerajaan yang semakin luas.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah