Sultan Agung Tirtayasa selaku raja Banten saat itu merasa memiliki beban moral terhadap Cirebon selaku saudaranya, Sama-sama didirkan oleh Sunan Gunung Jati.
Sultan Tirtayasa akhirnya meminta Turnojoyo untuk dapat mengamankan saudara-sudaranya itu dari cengkraman Mataram. Dimana saat itu Turnojoyo yang tengah melakukan pemberontak kepada Mataram.
Baca Juga: Hasil Final Orleans Masters 2022, Putri KW Berhasil Juara, Rehan-Lisa Puas sebagai Runner Up
Turnojoyo pun berhasil mengamankan kedua saudara tersebut namun Pangeran Girilaya enggan kembali ke Cirebon, ia ingin tetap di Mataram.
Kedua Saudara itu akhirnya kembali ke Cirebon. Sesampainya di Cirebon perebutan kekuasaan pun terjadi antara ketiga saudara itu.
Melihat kejadian itu Sultan Agung Tirtayasa mengambil kesempatan menjadi penengah agar nantinya Cirebon bisa percaya kepadanya dan mau membantu dirinya untuk merebut Sumedang dan sebagai penyangga perdagangan antara Banten, Batavia dan Mataram.
Baca Juga: Link Streaming dan Prediksi Balapan Resmi MotoGP 2022 Argentina: Aleix Espargaro Diunggulkan
Melalui Sultan Tirtayasa Banten membagi jabatan, Martawijaya selaku saudara tua menduduki keraton Pakungwati dengan gelar Sultan Raja yamsudin atau Sultan Sepuh I.
Kartawijaya sendiri diserahkan keraton Kanoman dengan gelar Sultan Muhammad Badrudin atau Sultan Anom I.
Sedangkan Wangsakerta mendapat tempat peguron yang nantinya kelak menjadi keraton Kacirbonan.***