Sepeninggal Sunan Gunung Jati, Banten Menjadi Penyebab Keraton Kerajaan Cirebon Terbagi Menjadi Tiga

- 4 April 2022, 04:00 WIB
Suasana Malam Jumat Kliwon di Pemakaman Sunan Gunung Jati, Cirebon
Suasana Malam Jumat Kliwon di Pemakaman Sunan Gunung Jati, Cirebon /Portal Majalengka/Rahman Prayitno Sodikin

PORTAL MAJALENGKA - Sepeninggal Sunan Gunung Jati Cirebon terus mengalami pergantian kepemimpinan, hingga sampai pada perpecahan keraton yang terbagi menjadi 3.

Seperti yang tertulis dalam skripsi yang berjudul Monopoli Perdagangan VOC di Cirebon 1681-1705 (Dampaknya terhadap kehidupan ekonomi dan politik di Cirebon) yang ditulis oleh Niza Egal.

Di dalam latar belakang skripsi tersebut dituliskan bahwa saat itu Cirebon dipimpin oleh Pangeran Girilaya yang memiliki 3 orang putra, yakni Martawijaya, Kartawijaya dan Wangsakerta.

Baca Juga: Bagaimana Hukum Lupa Niat Berpuasa Ramadhan? Bagaimana Hukum Lupa Melafalkan Niat Puasa Ramadhan?

Kedua putra dan ayahnya tersebut berangkat ke Mataram atas undangan raja Mataram, namun sesampainya disana mereka tidak diperbolehkan kembali pulang ke Cirebon oleh Amangkurat I.

Pada saat itu Amangkurat I yang menjadi raja Mataram sekaligus mertua dari Pangeran Girilalaya.

Berbulan-bulan lamanya Pangeran Girilaya, Martawijaya dan Kartawijaya tidak juga kunjung kembali ke Cirebon.

Baca Juga: Update Korea Open 2022, Begini Aktivitas Pebulutangkis Indonesia Jalani Ibadah Puasa di Negeri Ginseng

Melihat situasi seperti itu Wangsakerta selaku saudaranya meminta bantuan kepada Banten untuk dapat menyelamatkan saudara dan orang tuanya.

Sultan Agung Tirtayasa selaku raja Banten saat itu merasa memiliki beban moral terhadap Cirebon selaku saudaranya, Sama-sama didirkan oleh Sunan Gunung Jati.

Sultan Tirtayasa akhirnya meminta Turnojoyo untuk dapat mengamankan saudara-sudaranya itu dari cengkraman Mataram. Dimana saat itu Turnojoyo yang tengah melakukan pemberontak kepada Mataram.

Baca Juga: Hasil Final Orleans Masters 2022, Putri KW Berhasil Juara, Rehan-Lisa Puas sebagai Runner Up

Turnojoyo pun berhasil mengamankan kedua saudara tersebut namun Pangeran Girilaya enggan kembali ke Cirebon, ia ingin tetap di Mataram.

Kedua Saudara itu akhirnya kembali ke Cirebon. Sesampainya di Cirebon perebutan kekuasaan pun terjadi antara ketiga saudara itu.

Melihat kejadian itu Sultan Agung Tirtayasa mengambil kesempatan menjadi penengah agar nantinya Cirebon bisa percaya kepadanya dan mau membantu dirinya untuk merebut Sumedang dan sebagai penyangga perdagangan antara Banten, Batavia dan Mataram.

Baca Juga: Link Streaming dan Prediksi Balapan Resmi MotoGP 2022 Argentina: Aleix Espargaro Diunggulkan

Melalui Sultan Tirtayasa Banten membagi jabatan, Martawijaya selaku saudara tua menduduki keraton Pakungwati dengan gelar Sultan Raja yamsudin atau Sultan Sepuh I.

Kartawijaya sendiri diserahkan keraton Kanoman dengan gelar Sultan Muhammad Badrudin atau Sultan Anom I.

Sedangkan Wangsakerta mendapat tempat peguron yang nantinya kelak menjadi keraton Kacirbonan.***

Editor: Andra Adyatama

Sumber: Skripsi Pengaruh perdagangan VOC terhadap Cirebon 1681-1705


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah