Di Balik Sepotong Bambu (Bumbung Pring) Simbol Sunan Gunung Jati Sambut Syekh Magelung Sakti

10 Oktober 2022, 07:00 WIB
Ilustrasi Sunan Gunung Jati salah satu Walisongo. /Tangkap layar youtube/YouTube Channel Cerita Sejarah



PORTAL MAJALENGKA - Seperti yang telah ditulis dalam kisah pantangan di balik terpangkasnya rambut Syekh Magelung Sakti Mencari Sunan Gunung Jati sebagai sang mursyid, kedatangan Syekh Magelung Sakti disambut Mbah Kuwu Sangkan Cirebon di pelabuhan Muara Jati.

Selain untuk menyambut Mbah Kuwu juga diamanatkan Sunan Gunung Jati untuk menguji maksud kedatangan dari tamunya tersebut.

Setelah beramah tamah, amanat Sunan Gunung Jati pun segera dilaksanakan, Mbah Kuwu mengajak Syekh Magelung Sakti sholat berjamaah kedalam ‘bumbung pring’ (potongan bambu).

Baca Juga: Klasemen Grup B Usai Timnas Indonesia Dikalahkan Malaysia, Garuda Muda Terancam Tak Lolos Piala Asia U17 2023

Berkenaan dengan peristiwa itu, kalaupun hal tersebut memang benar demikian adanya, tentu bisa dimaklum akan karomah yang Mbah Kuwu Sangkan miliki.

Adapun andai hal tersebut sebuah symbol atau analogi untuk menyimpulkan peristiwa tentu juga sangat tepat. Karena di berbagai belahan dunia, bambu memiliki nilai filosofis dalam beberapa kebudayaan bangsa.

Seperti di Tiongkok bambu dijadikan sebagai simbol keteguhan dan ketulusan. Sementara di India bambu merupakan simbol atau tanda persahabatan.

Baca Juga: Hasil Timnas Indonesia vs Malaysia Kualifikasi Piala Asia U17 2023, Langkah Garuda Muda Dijegal Harimau Malaya

Sering pula bambu juga dijadikan simbol sosok kesatria, jagoan, pendekar ataupun di Indonesia sendiri bambu dijadikan senjata dalam mengusir para penjajah.

Jika menengok sedikit mengenai pohon bambu itu sendiri. Tanaman ini memiliki akar yang mencengkeram tanah, berbentuk rimpang berbuku dan beruas.

Pada tiap bukunya akan ditumbuhi serabut dan tunas yang dapat tumbuh sebagai batang.

Baca Juga: Tes Kejelian Mata yang Cukup Sulit, Ada 5 Perbedaan dalam Gambar Pelabuhan yang Penuh Sesak

Tanaman bambu tumbuh berumpun dan terdiri mulai dari rebung, batang muda, hingga umur dewasa yang mencapai 4-5 tahun.

Karakter tanaman ini menyejukan dan kuat sangat jarang bambu tumbang akibat serangan angin, selain karena akar yang kuat, batangnya pun sangat elastis mengikuti ayunan angin.

Berkaca dari hal tersebut selanjutnya pohon bambu diambil kedalam penganalogian falsafah Jawa Ngelmu Pring (Belajar dari Bambu).

Baca Juga: Babak Pertama Timnas Indonesia vs Malaysia Kualifikasi Piala Asia U17 2023, Garuda Muda Babak Belur

Dan akhirnya falsafah tersebut melarut dalam kehidupan masyarakat Jawa. Oleh karena itulah khususnya masyarakat di Cirebon memiliki kehidupan yang sangat spesifik.

Dalam hal ini bisa ada kemungkinan analogi bambu sengaja digunakan untuk menyimpulkan kisah pertemuan Mbah Kuwu dan syekh Magelung sakti tersebut agar simple dan mudah.

Analogi bambu itu bisa jadi melambangkan sikap Mbah Kuwu sendiri yang mampu meneduhkan suasana keilmuan Syekh Magelung Sakti.

Baca Juga: Tes Kejelian Mata, Cari 5 Perbedaan pada Gambar, untuk Hiburan di Waktu Santai

Karena konon dari banyak cerita rakyat yang berkembang kedatangan beliau sambil membawa satu kapal khusus bermuatan kitab.

Hal itu pun sangat wajar karena diketahui Syekh Magelung Sakti adalah sosok ulama besar di Negeri asalnya. Meskipun demikian bisa pula sebuah analogi untuk menyebutkan ketinggian ilmu yang dimilikinya.

Yang jelas kisah sholat dalam potongan bambu sudah sangat melegenda dan akrab disampaikan dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Tes Kejelian Mata, Temukan 5 Perbedaan pada Gambar Tikus Lucu Ini

Dengan tidak bermaksud mengurangi esensi dari kisah tersebut, berikut ada beberapa filosofi bambu itu sendiri yang mungkin bisa bermanfaat sebagai nasehat hidup.

• Tanaman bambu saat diawal bertunas (ditanam) butuh lama tumbuh,tanaman ini akan lebih focus mengakar.

Dalam kehidupan hendaknya yang perlu diutamakan adalah penguatan pondasi dan prinsip hidup agar sebagai bekal hidup kedepan.

Baca Juga: Link Ujian Stres, Mainkan dan Coba Uji Tingkat Stres Kamu Sekarang Juga

• Di usia lima tahun bambu baru mananjak tumbuh atas.
Bermodal pondasi hidup yang kuat, kehidupan akan bisa berkembang.

• Saat bambu tumbuh menjulang, ia akan menerima hembusan angin lebih kencang, tetapi akarnya sudah kuat menopang.

Dalam kehidupan semakin bertambah usia tentu cobaan dan masalah pun semakin bertambah, tapi bagi mereka yang memiliki dasar pondasi kuat tentu akan bisa mampu bertahan.

Baca Juga: Bulan Maulid Nabi Muhammad SAW Perbanyak Sholawat Adhimiyah, Berikut Lafal Arab dan Latin serta Fadilahnya

• Batang bambu tumbuh berdampingan dengan yang lain, sehingga membentuk rumpun membuat bambu memiliki kekuatan yang terhimpun.

Kehidupan pada dasarnya tidak bisa berdiri sendiri, senantiasa berdampingan dengan yang lain, selain itu persatuan dalam kehidupan adalah yang sangat penting.***

Editor: Andra Adyatama

Tags

Terkini

Terpopuler