PORTAL MAJALENGKA - Sunan Gunung Jati yang mendapatkan laporan tentang kenakalan Sunan Penggung menjadi murka.
Sunan Penggung dianggap menistakan agama karena membawa anjing miliknya bermain di Masjid. Hal itu membuat Sunan Gunung Jati mengadilinya.
Sunan Gunung Jati memberikan hukuman dibakar hidup-hidup kepada Sunan Penggung.
Berbagai kisah menyangkut keramat yang dimiliki Sunan Kalijaga tersebar diberbagai historiografi maupun dalam cerita tutur masyarakat Jawa.
Bahkan, keramat Sunan Kalijaga digambarkan “menurun” pada putranya yang bernama Sunan Panggung.
Sunan Penggung sendiri berguru kepada Syaikh Siti Jenar. Ia dikenal sangat ekstrem dalam pahamnya.
Sunan Panggung inilah yang dikisahkan D.A. Rinkes dalam Nine Saint of Java (1996).
Sunan Penggung putra Sunan Kalijaga yang dihukum mati dengan cara dibakar oleh Sunan Gunung Jati.
Melalui sidang para wali memutuskan bahwa tindakan Pangeran Panggung dinilai merusak syara’, sembrono, serta menodai agama dan kesucian masjid.
Pangeran Panggung dinilai menista keluhuran agama dengan menamakan dua ekor anjing kesayangannya sebagai Ki Tokid (tauhid) dan Ki Iman.
Kedua ekor anjing itu diajak bermain-main di dalam masjid. Tindakan itu dinilai sudah melampaui batas, sehingga pantas bagi sang pangeran untuk dihukum mati.
Baca Juga: Kemenag Ajukan Biaya Operasional Haji, Begini Hitungannya
Atas tindakannya yang dianggap melampaui batas itu, Sunan Penggung dijatuhi hukuman dibakar hidup-hidup.
Tetapi seperti keramat ayahandanya, Sunan Kalijaga, Pangeran Panggung tidak mati terbakar.
Sebaliknya, di tengah api yang berkobar, ia menyelesaikan sebuah naskah puitis berjudul Suluk Marang (lang) Sumirang.
Naskah puitis yang dikarang Sunan Penggung ini bahkan dipersembahkan kepada Sultan.
Baca Juga: Jika Dijumpai Ciri Khas Ini pada Kaki Bertanda Kematian Akan Datang, Gus Baha: Segera Bertaubat
Kisah pembakaran Pangeran Panggung ini tertulis dalam Babad Pajajaran dan Babad Semarang.
Tidak ada satu pun catatan dari naskah-naskah historiografi yang menetapkan kapan Sunan Kalijaga wafat.
Kecuali bahwa Sunan Kalijaga wafat dan dikebumikan di Kadilangu dekat Kota Demak.
Sunan Kalijaga digambarkan sebagai wali berusia lanjut dan mengalami perubahan sejak zaman Majapahit akhir, Demak, Pajang, hingga masa awal Mataram.
Sunan Kalijaga dianggap sebagai pelindung Kerajaan Mataram.
Putra Sunan Kalijaga yang bernama Sunan Adi, menjadi penasihat ruhani penguasa Mataram awal Panembahan Senapati.
Dewasa ini, di daerah pedalaman Jawa, keberadaan Sunan Kalijaga menjadi kiblat panutan dari masyarakat muslim tradisional.
Baca Juga: UPDATE KASUS SUBANG: Kronologi Pembunuhan Ibu dan Anak Disampaikan ke Presiden Jokowi dan Kapolri
Sunan Kalijaga banyak yang memuliakan tidak saja makamnya, melainkan juga warisan nilai-nilai seni budaya dan ajaran ruhani (tarekat) yang ditinggalkannya. Wallahu'alam bishowab.***