Kisah Tragis Mantan Gubernur Jawa Timur Pertama yang Menjadi Korban PKI pada 10 November 1948

- 18 September 2022, 20:30 WIB
Pemberontakan PKI di Madiun18 September 1948 berimbas pada terbunuhnya mantan Gubernur Jawa Timur.
Pemberontakan PKI di Madiun18 September 1948 berimbas pada terbunuhnya mantan Gubernur Jawa Timur. /Wikipedia

 

PORTAL MAJALENGKA - Dalam masa kejayaannya, PKI memiliki ambisi mendirikan Negara dengan paham komunis di Indonesia.

Seiring dengan kekuatan Muso, seorang pimpinan PKI yang mendeklarasikan Republik Soviet Indonesia di Madiun pada September 1948, PKI merangkak ke kota-kota lain untuk menyebarkan pahamnya.

Banyak penyiksaan dan pembantaian oleh PKI terhadap siapa saja yang menghalangi dan berlainan arah dengan pahamnya.

Baca Juga: Monumen di Desa Kresek, Pengingat Kekejaman PKI yang Terjadi September 1948

Termasuk salah satu mantan Gubernur Indonesia pertama di Jawa Timur yakni Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo.

Dilansir dari buku Kisah Nyata, Sejarah Banjir Darah para Kyai, Santri, dan Penjaga NKRI oleh Aksi-aksi PKI (2015:73), Soerjo merupakan mantan Gubernur Jawa Timur era Soekarno.

Diceritakan bahwa Soerjo disiksa dan dihabisi oleh pasukan Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang mana di lokasi tersebut diketuai oleh Maladi Yusuf.

Soerjo yang saat itu menghadiri peringatan 10 November di Yogyakarta dikawal 2  perwira polisi bernama Kombes Pol M Doerjat dan Kompol Soeroko.

Setelah menghadiri peringatan 10 November tersebut, Soerjo memaksa pulang meskipun sudah ditahan beberapa rekannya.

Baca Juga: Tragedi Kekejaman PKI di Blora Tewaskan Pejabat Daerah Mr Iskandar dan Oetoro

Rekan-rekan yang hadir menghawatirkan keselamatan Soerjo yang kala itu masih hangat akan isu PKI dengan sikap arogansinya.

Mengingat kepentingan Soerjo yaitu menghadiri acara 40 hari meninggalnya R.M Sarjuno, maka rekan-rekan yang hadir dengan berat hati melepaskan Soerjo untuk pamit undur diri.

RM Sarjuno merupakan adik mantan Gubernur Soerjo yang diketahui meninggal akibat dibunuh oleh PKI di Madiun.

Benar saja dugaan rekan-rekan yang hadir di acara peringatan 10 November di Yogyakarta tersebut menjadi kenyataan.

Sesaat sebelum sampai di Madiun, mantan Gubernur Soerjo beserta pengawalnya dicegat segerombolan anggota FDR PKI yang diketuai oleh Maladi Yusuf.

Baca Juga: PKI Jadikan Pabrik Gula Gorang Gareng Magetan Kolam Darah dan Mayat pada 18 September 1948

Mereka dicegat di daerah hutan Peleng, Kadunggalar, Ngawi. Kala itu Gubernur Soerjo diturunkan dari mobilnya yang kemudian dengan bengisnya mobil itu dibakar sampai habis.

Tidak lepas pula 2 perwira polisi yang ikut mengawal Soerjo, mereka dilucuti pakaiannya, lalu diikat, dan kemudian diseret oleh kuda sepanjang 5 Kilometer.

Begitu juga hal yang terjadi dengan mantan Gubernur Soerjo. Namun anehnya, tidak seperti 2 perwira polisi tadi yang kemudian gugur saat diseret.

Soerjo meskipun telah diseret oleh kuda sepanjang 5 Kilometer, disiksa, sampai mencoba dimutilasi, tetap bertahan dan masih hidup.

Dalam keputusasaan PKI menyiksa mantan Gubernur Soerjo, kemudian disepakati untuk menyeret lagi Soerjo sepanjang 10 kilometer dan harus melewati 3 sungai agar betul-betul bisa dibunuh.

Baca Juga: PEKAN PANAS BRI Liga 1, Persib Bandung vs Persija Jakarta, Berikut Head to Head dan Prediksinya

Mantan Gubernur Soerjo diseret melewati sungai Bengawan Solo, sungai Sonde, dan akhirnya dapat dibunuh oleh PKI.

4 hari kemudian barulah masyarakat menemukan jasad dari 2 perwira polisi dan Soerjo selaku mantan Gubernur Jawa Timur era Soekarno.

Pemerintah Indonesia kemudian memberikan gelar sebagai Pahlawan Nasional Pembela Kemerdekaan kepada Soerjo. Hal itu tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 294 tanggal 17 November 1964.

Mereka bertiga dikuburkan di daerah Bangunrejo Lor, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, serta dibangunkan sebuah monumen pengingat akan gugurnya para korban PKI. *

Editor: Ayi Abdullah

Sumber: Buku Kisah Nyata, Sejarah Banjir Darah para Kyai, Santri,


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah